Kamis, 14 Januari 2010

Rizki datangnya dari Allah SWT (Rizki antara Taqdir dan Usaha)

Rizki tidak identik dengan pemilikan, sebab rizki adalah pemberi­an. Dalam bahasa Arab Razaqa berarti A'tha, yaitu memberikan sesuatu. Sedangkan yang dinamakan pemilikan adalah penguasaan terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh harta yang diperbolehkan syara'. Rizki dapat berupa rizki halal ataupun haram; tetapi kedua duanya dinamakan rizki juga. Misalnya, harta yang diperoleh seorang pekerja sebagai upah kerjanya. Begitu pula harta yang diperoleh seorang penjudi dari perjudian yang dilakukannya. Semuanya adalah harta yang diberikan Allah SWT kepada kedua orang itu, tatkala mereka memeras tenaganya dalam mengusahakan suatu pekerjaan yang biasanya dapat mendatangkan rizki.
Banyak orang yang menyangka bahwa mereka sendirilah yang memberikan rizki untuk dirinya. Sebagai contoh seorang pegawai yang menerima gaji tertentu karena telah menguras tenaganya, menyangka bahwa dialah yang mendatangkan rizki kepada dirinya sendiri. Dan tatkala orang itu mendapatkan kenaikan gaji karena bekerja lebih keras atau karena memang berusaha memperoleh kenaikan gaji, dia pun menyangka bahwa dirinyalah yang mendatangkan rizki itu (berupa kenaikan gaji).

Seorang pedagang yang memperoleh keuntungan dari usahanya menyangka pula bahwa dialah yang mendatangkan rizki bagi dirinya sendiri. Demiki­an juga dengan seorang dokter yang mengobati pasien lalu menerima upah, menyangka bahwa ia memberikan rizki kepada dirinya sendiri, dan lain sebagainya. Banyak orang menyangka demikian karena mereka belum memahami hakekat "keadaan" (usaha) yang dapat mendatangkan padanya rizki. Sehingga mereka menyangka usahanya itu sebagai sebab (datangnya rizki).
Seorang muslim meyakini dengan pasti bahwasanya rizki itu berasal dari sisi Allah SWT, bukan berasal dari manusia. Dan bahwasa­nya setiap keadaan (usaha) yang biasanya mendatangkan rizki tidak lain adalah kondisi tertentu yang berpeluang menghasilkan rizki. Tetapi ia bukan merupakan sebab datangnya rizki. Apabila usaha dianggap sebagai sebab, maka setiap usaha pasti akan menghasilkan rizki. Padahal kenya­taannya tidak demikian. Kadang-kadang "keadaan" (usaha) itu ada diupa­yakan, tetapi rizki tidak datang. Ini menunjukkan bahwa usaha bukan merupakan sebab, melainkan hanya berupa "cara/usaha" untuk mempero­leh rizki.
Disamping itu tidak mungkin kita menganggap bahwa "keadaan/ usaha" yang biasanya dapat mendatangkan rizki, adalah sebab untuk mendatang rizki. Demikian juga tidak bisa dikatakan bahwa orang yang mengupayakan suatu usaha, dialah yang mendatangkan rizki pada dirinya sendiri melalui usaha tersebut, sebab pengertian ini bertentangan dengan nash-nash Al Quir'an yang qath'i, baik ditinjau dari dalalahnya (penunju­kannya maknanya) dan tsubutnya (sumbernya). Dan apabila setiap sesuatu (pengertian) bertentangan dengan nash yang qath'i, baik dalalahnya maupun sumbernya maka harus dipilih nash yang qath'i, kemudian mengambilnya dan menolak selainnya. Banyak ayat-ayat Al Qur'an yang menunjukkan dengan keterangan yang jelas dan gamblang serta tidak dapat menerima ta'wil lain bahwasanya rizki adalah semata-mata dari sisi Allah SWT, bukan berasal dari manusia.
Semua yang dijelaskan tadi memberi kepastian kepada kita bahwa­sanya apa yang kita saksikan berupa sarana atau cara yang dapat menda­tangkan rizki, maka hal itu semata-mata adalah berupa "cara (usaha/kea­daan)" yang dapat mendatangkan rizki. Allah SWT berfirman:


"(Dan) makanlah dari apa yang Allah telah rizkikan kepadamu"
(QS Al Maidah: 88).

"Allahlah yang menciptakan kamu, kemudan memberikan rizki"
(QS Ar Ruum: 40).

"Nafkahkanlah sebagian rizki yang diberikan Allah kepadamu"
(QS Yaasiin: 47).

"Sesungguhnya Allah memberikan rizki kepada siapa yang dike­hendakiNya" (QS Ali Imran: 37).

"Allahlah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu"
(QS Al Ankabuut: 60).

"Kamilah yang memberi rizki kepadamu" (QS At Thaha: 132)

"Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka"
(QS Al An'aam: 151).

"Kamilah yang akan memberi rizki pada mereka dan kepadamu"
(QS Al Israa': 31).

"Benar-benar Allah akan memberi rizki kepada mereka"
(QS Al Hajj: 58)

"Allah meluaskan rizki kepada siapa yang dikehendakiNya"
(QS Ar Ra'ad: 26)

"Maka mintalah rizki itu dari sisi Allah" (QS Al Ankabuut: 17)

"(Dan) tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rizkinya" (QS Huud: 6)
"Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rizki"
(QS Ad Dzariyat: 58)

Ayat-ayat tersebut diatas begitu pula ayat-ayat lain yang amat banyak jumlahnya penunjukan maknanya bersifat qath'i, tidak terkandung di dalamnya kecuali makna yang satu dan tidak mempunyai ta'wil yang lain, bahwasanya rizki semata-mata berasal dari sisi Allah bukan dari yang lain.
Meskipun demikian Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk berupaya melakukan berbagai macam pekerjaan setelah diberikan (oleh Allah) pada diri mereka kesanggupan untuk memilih dan melaksanakan cara/usaha yang biasanya mendatangkan rizki. Merekalah yang harus mengusahakan segala bentuk cara/usaha yang dapat menghasil­kan rizki dengan ikhtiar mereka, akan tetapi bukan mereka yang menda­tangkan rizki, sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat-ayat diatas. Bahkan hanya Allahlah yang memberikan rizki kepada mereka dalam berbagai keadaan/cara, tanpa memandang apakah rizki itu halal ataukah haram, dan tanpa melihat apakah cara/usaha itu termasuk suatu hal yang dibolehkan, diharamkan atau diwajibkan oleh Allah. Begitu juga tanpa memandang apakah dengan usaha/cara itu dapat menghasilkan rizki atau tidak.
Walaupun begitu Islam telah menjelaskan tata cara mana bagi seorang muslim diperbolehkan dan mana yang dilarang mengusahakan usaha/cara yang dapat mendatangkan rizki. Dalam hal ini Islam menjelas­kan sebab-sebab pemilikan, bukan sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki, dan membatasi pemilikan dengan sebab-sebab yang telah ditentukan. Tidak boleh seorangpun berhak memiliki suatu rizki kecuali dengan sebab-sebab yang telah ditentukan oleh syara', karena hal itu merupakan rizki yang halal. Selain itu ada rizki yang haram, walaupun semuanya (baik rizki yang halal maupun yang haram) berasal dari sisi Allah SWT.

Penyebab Datangnya Rizky (antara Usaha dan Taqdir)

3  Penyebab Datangnya Rizki

1. Beriman dan bertaqwa

Orang yang senantiasa beriman kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya yang wajib atau sunnah dan meninggalkan larangan-Nya yang haram maupun yang makruh, akan mendapat rizki yang cukup, sebagaimana janji Allah,

Jikalau seandainya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A'raf: 96).

Satu bukti konkrit, negara Saudi Arabia. Walaupun negara kecil, tetapi kaerna banyaknya ulama, orang shalih, dan pemimpin yang melaksanakan hukum Allah, Allah memberi kekayaan yang cukup untuk menghidupi rakyatnya. Lebih dari itu, kekayaannya dapat dirasakan oleh kaum muslimin seluruh dunia, baik berupa bantuan masjid, lembaga pendidikan dan bantuan sosial lainnya. Bahkan kekayaannya itu, mampu membiayai para penuntut ilmu di dalam negeri maupun dari luar negeri dengan cuma-coma, bebas calo dan tangan haram.

2. Bertawakkal kepada Allah

Bertawakkal kepada Allah dengan berusaha yang halal adalah kunci datangnya rizki. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata, Saya mendengar Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Seandainya kamu benar-benar bertawakkal kepada Allah, tentu Allah akan memberi rizki kepadamu sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, keluar pagi dlam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaaan kenyang.4

3. Berdo'a kepada Allah

Orang yang beriman tidak boleh hanya mengandalkan usahanya secara lahiriah. Hendaknya selalu mengawali usahanya dengan memohon kepada Allah agar diberi rizki yang halal. Karena manusia tugasnya mencari, sedangkan Allah-lah Sang Maha Pemberi. Nabi Ibrahim 'alaihis salam berdo'a kepada Allah untuk dirinya dan umatnya. Lihat surat Al-Baqarah: 126 dan surat Ibrahim: 37.5

4. Mensyukuri nikmat Allah

Apabila seseorang mendapatkan rizki yang halal, jangan sekali-kali mengatakan, "Ini karena saya yang berbuat atau si fulan." Hendaknya ia meyakini dan mengatakan, "Allah yang memberi rizki." Kemudian hendaknya mensyukurinya dengan meningkatkan ibadah. Insya Allah dengan prinsip ini, Allah senantiasa memberi kemudahan dan tambahan rizki.

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb-mu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan manambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).

5. Hijrah dari kemaksiatan

Orang yang hijrah dan meninggalkan kemaksiatan akan memperoleh rizki dari Allah, sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Anfal ayat 74:

Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia.

6. Senantiasa menjalankan shalat

Orang yang menjalankan shalat sesuai syarat dan rukunnya akan mendapatkan rizki, sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Anfal ayat 3 dan 4,

(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia.

7. Meningkatkan iman dan amal shalih

Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia. (QS. Al-Hajj: 50).

8. Membantu mencarikan pangan rakyat yang miskin

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam memimpin umat, selalu mendahulukan kebutuhan umatnya daripada diri sendiri dan keluarganya. Terutama perhatian beliau kepada para fakir miskin, janda dan anak yatim. Beliau mengatakan,

Sayalah yang lebih berhak mengurusi orang mukmin daripada dirinya sendiri. Bila ada orang yang beriman meninggal dunia lalu dia punya hutang, sayalah yang membayarnya, dan bila meninggalkan harta, maka untuk ahli warisnya.6

Prinsip beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ini hendaknya diteladani para pemimpin dan orang kaya. Karena Allah telah menitipkan kepada mereka amanat harta dan kekuasaan. Oleh sebab itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab Siyaasatusy Syar'iyah mengatakan,

Negara menjadi baik bila pemimpinnya as-saja'ah dan al-karam, artinya pemberani dan pemurah. Pemberani dibutuhkan untuk mematahkan musuh dan perusuh. Pemurah dibutuhkan untuk menolong orang yang tertindas dan kaum buruh.7

Selanjutnya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada kita umat Islam agar banyak berinfaq dan monolong orang miskin, karena rizki datang dengan sebab menolong mereka. Mus'ab bin Sa'd berkata,

Sa'd radhiyallahu 'anhu memandang dirinya lebih mampu daripada yang lain, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Tidaklah kamu mendapatkan kemenangan dan kelapangan rizki melainkan sebab kamu menolong kawanmu yang miskin.8

Abu Darda' berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Bantulah aku membantu kaum dhu'afa (orang-orang muskin) di kalangan kalian, karena tidaklah engkau mendapatkan rizki dan kemenangan melainkan karena kamu tolong mereka.9

4 Jalan Menuju Kecukupan

Untuk memperoleh kecukupan dan ketenangan jiwa pada saat dilanda kekurangan kebutuhan hidup, lakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Bersabar atas ketentuan Allah

Maksudnya, kita umat Islam, tidak boleh mengeluh dan putus asa. Karena tidak mungkin kita keluar dari ketentuan-Nya. Musibah ini bukan hanya menimpa diri kita saja, tetapi juga menimpa para utusan sebelumnya, terutama Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam.

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah darangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, seungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah: 214).

Orang yang bersabar akan mendapatkan pertolongan, sebagaimana firman Allah,

Bersabarlah, sesungguhnya Allah menolong orang-orang yang bersabar. (QS. Al-Anfal: 46).

2. Bersabar atas tindakan pemimpinnya

Sikap Ahlus Sunnah wal Jama'ah atau salafus shalih ketika melihat tindakan pemimpin yang dibenci, bukanlah unjuk rasa, demonstrasi, apalagi melakukan perusakan, (akan) tetapi bersabar. Hudzaifah ibnul Yaman berkata,

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dan akan dipimpin umat ini oleh pemimpin, hati mereka adalah hati setan yang masuk ke dalam tubuh manusia." Lalu aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku perbuat jika aku menjumpainya?" Beliau menjawab,

"Dengarkan dan taati pemimpin, walaupun dipukul punggungmu dan dirampas hartamu. Dengarkan dan taatilah."10

Mudah-mudah hadits ini dapat memadamkan emosi dan kemarahan jiwa kaum muslimin yang kurang berkenan melihat tindakan pemimpinnya. Dengan bersabar, insya Allah masalah menjadi lebih ringan dan akan ada jalan keluarnya.

3. Tetap istiqomah dan taqwa kepada Allah

(Allah berfirman -red. vbaitullah)

Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka. (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

4. Optimis dan yakin Allah tetap memberi rizki

Dari Abdullah bin Mas'ud (bahwasanya) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya Jibril 'alaihis salam meniupkan di dalam jiwaku, sesungguhnya salah seorang dari kalian tidak akan mati hingga telah sempurna rizkinya. Maka takutlah kepada Allah dan carilah rizki dengan cara yang baik.11

5. Tanamkan rasa qana'ah dan merasa cukup

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Sungguh beruntung orang Islam yang berserah diri dan merasa cukup dengan rizki yang ada dan merasa puas atas pemeberian-Nya.12

6. Hindarkan ambisi rakus dunia

Faktor utama hancurnya umat dan perusak pada zaman dahulu maupun sekarang adalah tamak dan rakus kedudukan dan harta. Padahal kaya yang hakiki adalah kaya jiwa, mampu menghadapi semua masalah. Hal ini tidak mungkin diperoleh kecuali bagi orang yang beriman dan berilmu dienul Islam. Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

Bukanlah kaya itu orang yang banyak harta, tetapi kaya itu kaya jiwa.13

7. Hindarkan pemborosan dan israf

Sebenarnya rizki yang Allah berikan kepada hamba-Nya sudah cukup untuk kepentingan primer setiap harinya. Namun hawa nafsu tidaklah pernah berhenti menyuruh kita boros dan membeli sesuatu yang tidak ada gunanya. Misalnya membeli TV, menghiasi dalam dan luar rumah yang tidak berfaedah, makan enak yang bukan tuntutan perutnya, rekreasi (piknik), nonton hiburan dan masih banyak lagi.

Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A'raf: 31)

Dengan menjauhi perkara ini, insya Allah rizki dari Allah cukup untuk menutup kebutuhan.

8. Hindarkan segala tindakan yang merusak badan dan keimanan

Misalnya merokok. Perokok adalah perusak badan dan ekonomi keluarga. Demikian juga judi dan minuman yang memabukkan. Karena merokok tidaklah menghilangkan lapar dan haus, berbeda dengan makan dan minum. Orang bisa berfikir, bila uang untuk membeli rokok dikumpulkan untuk menafkahi keluarga, insya Allah lebih dari cukup dan manfaatnya jelas. Perhatikan peringatan Allah,

Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Al-Baqarah: 195).

Adapun yang merusak keimanan, seperti menggunakan harta untuk berziarah ke kuburan wali atau tempat keramat. Inilah perusak kekayaan dan iman. Demikian juga membeli jimat untuk kekayaan dan ketenangan. Ini adalah pekerjaan kyai tukang sihir mengeruk harta orang awam dan merusak tauhid mereka.

9. Berusaha hidup hemat sesuai dengan rizki yang diterima

Kita hendaknya bisa membedakan antara kebutuhan perut dengan keinginan. Jangan sampai rizki yang sudah cukup menjadi kurang karena mengikuti hawa nafsu.

Sebagai penutup, cermatilah firman Allah berikut:

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. Ath-Thalaq: 7).

ditulis oleh Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron

Catatan Kaki

…4 Shahih, HR. Ibnu Majah 4157, Ahmad 23. Lihat Takhrij Hadits Musykilatil Faqri, hal. 24.

…5 Inilah kedua ayat yang disebutkan (-red. vbaitullah.or.id)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al-Baqarah: 126).

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37).

…6 HR. Bukhari 2/805; Ibnu Hibban 1/180, bersumber dari Abu Hurairah.

…7 Siyasatusy Syar'iyah, bab "Cara Pemimpin Mengatur Ekonomi" hal. 85-87.

…8 HR. Bukhari 3/1061, Shahih Ibnu Hibban 11/85.

…9 HR. Tirmidzi 4/206. Imam Syaukani berkata, "Hadits yang serupa diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dengan sanad yang shahih. Lihat Nailul Authar 8/103.

…10 HR. Muslim 3/1476, Al-Mustadrak, Ash-Shahihah 4/547.

…11 Musnad Asy-Syihab 2/185, Al-Hakim 2/4, Ibnu Abi Hatim 2/1, Al-Hilyah 10/27. Hadits Shahih, lihat Takhrij Hadits Musykilatil Faqri hal. 14 oleh Al-Albani.

…12 HR. Muslim 2/370 dari Abdullah bin Amr bin 'Al-Ash, Ahmad 2/168, Sunan Al-Baihaqi 4/196, Syu'abul Iman 7/290, dan lainnya.

…13 HR. Bukhari 6081, Muslim 1051

Kamis, 07 Januari 2010

Keutamaan berbisnis dalam Pandangan Islam




Dari jabir Bin Abdillah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT akan memberikan rahmat kepada seseorang yang mempermudah ketika menjual, mempermudah ketika membeli dan mempermudah ketika menagih hutang.

Takhrij Hadits

Hadits ini merupakan hadits shahih, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Al-Buyu', Bab As-Suhulah Was Samahah Fisy Syiraa' Wal Bai' Wa Man Thalaba Haqqan Falyatlubhu Fi Afaf. hadits no 2076, melalui jalur sanad Imam Al-Bukhari dari Abu Ghassan (Muhammad bin Mutharrif), dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari Jabir bin Abdillah.

Selain Imam Bukhari, hadits ini diriwayatkan juga oleh :

    * Imam Turmudzi dalam Jami'nya, Kitab Al-Buyu' An Rasulillah SAW, Bab Ma Ja'a Fi Istiqraadh Al-ba'iir Awis Syai' Minal Hayawan Awis Sin, hadits no. 1320, dengan lafaz yang hampir sama. Hanya lafaz pada Imam Turmudzi menggunakan "ghafarallah lirajulin" (Allah mengampuni seseorang), di posisi "rahimallahu rajulan" (Allah memberikan rahmat kepada seseorang).
    * Ibnu Majah dalam Sunannya, Kitab Al-Tijaraat, Bab As-Samahah Fil Bai', hadits no. 2203, dengan matan yang hampir serupa dengan matan hadits Bukhari. Hanya matan dalam Ibnu Majah menggunakan "rahimallahu abdan samhan" (Allah memberikan rahmat kepada seorang hamba yang mempermudah), di posisi "rahimallahu rajulan" (Allah memberikan rahmat kepada seseorang).
    * Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya, dalam baqi musnad al-muktsirin, pada musnad Jabir bin Abdillah, hadits no 14248. Dalam riwayat Ahmad, digunakan lafadz, "ghafarallahu lirajulin kana min qablikum" (Allah SWT mengampuni dosa seorang laki-laki pada masa sebelum kalian), di posisi "rahimallahu rajulan" (Allah memberikan rahmat kepada seseorang).

Makna Hadits Secara Umum

Hadits yang sangat sederhana ini menggambarkan tentang penggabungan dua hakekat besar, hakekat kebaikan dunia dan hakekat akhirat dalam satu hal; yaitu dalam mempermudah ketika bertransaksi bisnis dengan pihak lain. Karena memudahkan orang lain (baca ; customer) dalam bertransaksi bisnis di satu sisi merupakan aspek duniawi yang tentunya akan mendatangkan maslahat duniawi berupa bertambah senang dan bertambah banyaknya konsumen, perputaran bisnis yang cepat, dan sebagainya.

Namun di sisi lain, hal ini juga merupakan "ibadah" dan sunnah dalam muamalah, yang oleh karenanya akan mendapatkan rahmat Allah dan juga bahkan (dalam riwayat lain) mendapatkan ampunan Allah SWT. Ketiga hal tersebut adalah; memudahkan orang lain ketika membeli, ketika menjual dan ketika menagih pembayaran (baca ; menagih hutang).

Keutamaan Bisnis Dalam Islam

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa bisnis merupakan amaliyah yang memiliki banyak keutamaan. Begitu besar keutamaan bisnis ini, hingga Allah SWT ketika menggambarkan tentang keutamaan kehidupan akhirat, Allah SWT menggambarkannya dengan bisnis (QS. As-Shaf/ 61 : 10 – 13) :

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ* تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ* يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ* وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ*

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan (bisnis) yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga `Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

Selain keutamaan binsis sebagaimana dalam gambaran di atas, bisnis juga memiliki keutamaan lain, diantaranya adalah :

(1) Bisinis merupakan pekerjaan yang paling mulia. Dalam hadits diriwayatkan :

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَفْضَلِ الْكَسْبِ فَقَالَ بَيْعٌ مَبْرُورٌ وَعَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ (رواه أحمد)

Dari Hani' bin Nayar bin Amru ra berkata, bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya mengenai pekerjaan yang paling mulia. Beliau menjawab, 'Jual beli (bisnis) yang mabrur (sesuai syariat dan tidak mengandung unsur tipuan dan dosa) dan pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan kedua tangannya." (HR. Ahmad)

(2) Mendatangkan keberkahan. Artinya cara mencari rizki dengan berbisnis merupakan cara yang mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda;

عَنْ حَكِيمٍ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذَبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا (رواه البخاري ومسلم)

Dari Hakim bin Hizam ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda; "Penjual dan pembeli keduanya bebas memilih selagi keduanya belum berpisah. Maka jika keduanya jujur dan saling menjelaskan dengan benar, maka akan diberkahi pada bisnis keduanya. Namun jika menyembunyikan cacat dan dusta, maka terhapuslah keberkahan jual beli tersebut. (HR. Bukhari – Muslim)

3. Pelaku bisnis yang jujur dan amanah akan dikumpulkan kelak di akhirat bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada'. Sedang mereka semua di akhirat tidak memiliki tempat melainkan di surga. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ التَّاجِرُ الصَّدُوقُ اْلأَمِينُ مَعَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ (رواه الترمذي)

Dari Abu Sa'id ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda, "Seorang pebisnis yang jujur lagi amanah, maka ia akan bersama para nabi, shiddiqin dan syuhada'. (HR. Turmudzi)

(4) Dalam beberapa kitab sirah nabawiyah bahkan digambarkan bahwa masyarakat Mekah tidak dianggap sebagai orang yang terhormat dan memiliki "mahabah' (baca ; kewibawaan), kecuali jika ia merupakan seorang pebisnis.

(5) Banyak ulama yang mengatakan, bahwa orang yang berbisnis lebih dapat mengatur waktu dan kehidupannya secara baik. Seperti lebih dapat meluangkan waktu untuk berda'wah, mengarahkan umat dsb. Oleh karenanya tidak heran jika ulama-ulama besar umat ini, mereka juga adalah pengusaha besar. Sebut saja nama Imam Malik, Imam Al-Khattabi dsb.

Pentingnya Memudahkan Customer Dalam Bisnis

Sebagaimana digambarkan dalam hadits di atas, bahwa Allah SWT akan memberikan rahmat (dalam riwayat lain bahkan memberikan ampunan) kepada seseorang dalam bertransaksi dengan orang lain, ketika melakukan tiga hal: ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih pembayaran (baca ; hutang).

Jika dicermati, ketiga hal sederhana ini merupakan kunci sukses dalam berbisnis. Pebisnis manapun akan melihat, bahwa membeli (ketika membeli barang untuk kemudian dijual kembali), menjual barang/ produknya dan juga ketika menagih pembayaran dalam transakis jual beli, merupakan inti dari sebuah usaha atau bisnis. Dan ketika ketiga hal tersebut dapat dilakukan dengan baik, tentunya juga akan memperlancar usaha bisnisnya. Sebaliknya jika ketiga proses tersebut terhambat, maka sedikit banyak juga akan menghambat proses bisnisnya. Oleh karenanya, Rasulullah SAW menggambarkan bahwa Allah akan memberikan rahmat kepada orang yang memudahkan orang lain dalam ketiga proses bisnis tersebut.

Memudahkan orang lain dalam ketiga proses bisnis di atas, sekaligus juga memberikan makna mempermudah orang lain, dalam proses mencari riziki orang tersebut. Dan hal ini, sangat sejalan dengan hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang membebeaskan seorang mu'min dari himpitan kehidupan di dunia, maka Allah akan membebaskannya kelak dari himpitan di hari akhir. Dan barang siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya kesulitannya di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah pun akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba, selagi hamba tersebut selalu menolong saudaranya. (HR. Muslim)

Kata "samhan" dalam hadits di atas, diterjemahkan dengan "bisuhulah" (dengan memudahkan) oleh Ibnu Hajar Al-Atsqalani dalam Fathul Barinya. Kata samhan sendiri secara bahasa memiliki arti longgar, toleransi, membuat orang lain senang, dan juga memperbolehkan. Sehingga seorang pebisnis yang baik, ia akan memudahkan, toleransi dan menyenangkan orang lain ketika bertransaksi dengannya. Sehingga siapapun "betah" dan puas ketika bermuamalah dengannya. Baik ketika jual beli, maupun ketika menagih pembayaran (hutang). Untuk yang terakhir ini, terdapat pelajaran khusus, sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur'an :

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS. 2 : 280)

Artinya tetap memberikan kelapangan pada pihak yang berhutang, khususnya jika sedang dalam kondisi kesulitan. Pada hadits sebelumnya disebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Dan barang siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkannya kesulitannya di dunia dan di akhirat." (HR. Muslim). Namun tidak dibenarkan juga, karena alasan ini, akhirnya membuat orang menunda-nunda pembayaran hutangnya. Karena dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda, "Orang mampu yang menunda-nunda pembayaran hutang adalah dzalim". (Muttafaqun Alaih).

Diantara Bentuk Memudahkan Customer

Membaca hadits-hadits Rasulullah SAW, akan kita jumpai beberapa ajaran sunnah yang terkait dengan memudahkan customer atau mitra binsis dalam berbisnis. Diantaranya adalah :

(1) Mendahulukan dalam pengucapan salam. Salam merupakan doa dari seorang muslim kepada yang lainnya. Salam merupakan sapaan, seseorang terhadap orang lain. Dan setiap orang tentunya suka dan senang jika di sapa terlebih dahulu, apalagi jika sapaan tersebut juga merupakan doa. Salam juga merupakan 'rahasia' dalam mempererat hubungan antara seseorang dengan orang lain. Oleh karenanya, salam juga merupakan rahasia, untuk menumbuhkan 'ikatan hati' seorang pebisnis terhadap customernya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah ra berkata, "Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak (dikatakan) beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku beritahu pada kalian pada satu hal, yang jika kalian lakukan, maka kalian akan saling mencintai? (Yaitu) sebarkanlah salam diantara kalian." (HR. Muslim)

Akan lebih baik lagi tentunya, jika seroang pebisnis memulai salam terlebih dahulu kepada mitra atau customernya, baik malalui telpon, sms, email, surat menyurat, maupun dalam kontak langsung. Memulai mengucapkan salam, merupakan bentuk pemberian perhatian kepada customer. Karena begitu pentingnya salam ini, dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan menganjurkan agar kita mengucapkan salam, baik kepada orang yang kita kenal, ataupun bahkan terhadap yang belum kita kenal:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (رواه البخاري)

Dari Abdullah bin Amru ra, bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, amalan Islam apakah yang paling baik? Rasulullah SAW bersabda, "Memberikan makan (pada orang miskin) dan mengucapkan salam baik terhadap orang yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal. (HR. Bukhari).

(2) Memberikan senyuman. Selain menganjurkan mengucapkan salam, kita juga dianjurkan untuk memberikan "senyuman" atau menampakkan wajah yang ceria dan bahagia, khususnya ketika bertemu dengan mitra bisnis (walaupun makna utama dari hadits ini adalah memberikan senyuman secara umum kepada saudara muslim). Dalam sebuah hadits digambarkan :

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ وَأَمْرُكَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَهْيُكَ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَإِرْشَادُكَ الرَّجُلَ فِي أَرْضِ الضَّلَالِ لَكَ صَدَقَةٌ وَبَصَرُكَ لِلرَّجُلِ الرَّدِيءِ الْبَصَرِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِمَاطَتُكَ الْحَجَرَ وَالشَّوْكَةَ وَالْعَظْمَ عَنْ الطَّرِيقِ لَكَ صَدَقَةٌ وَإِفْرَاغُكَ مِنْ دَلْوِكَ فِي دَلْوِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ (رواه الترمذي)

Dari Abu Dzar ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Senyumanmu terhadap saudaramu adalah shadaqah bagimu, amar ma'ruf dan nahi mungkarmu adalah shadaqah, menunjukkan jalan pada orang yang tersesat adalah shadaqah, membantu penglihatan pada orang yang pandangannya lemah adalah shadaqah, menyingkirkan batu, duri dan tulang dari jalanan adalah shadaqah, menuangkan air dari timba ke timba saudara kita adalah shadaqah." (HR. Turmudzi)

Memberikan wajah yang ceria kepada mitra bisnis maupun kepada customer merupakan teknik jitu merenggut "hati" mereka. Wajah ceria maupun senyuman ini, bisa berarti makna hakiki namun bisa juga berarti makna majazi (kiasan). Karena senyuman atau wajah ceria dalam skala yang lebih besar dapat berupa tampilan tempat usaha atau toko yang "nyaman" dan menyenangkan bagi pelanggan. Di samping juga tentunya para petugas, pelayan ataupun pegawai yang senantiasa memberikan senyuman secara makna yang hakikinya.

(3) Memperhatikan keperluan-keperluannya. Memperhatikan keperluan saudara kita merupakan sunnah yang sangat dianjurkan Rasulullah SAW kepada kita. Karena hal ini akan sangat memberikan pengaruh khususnya pada 'ta'liful qulub' antar sesama muslim, tidak terkecuali juga terhadap mitra bisnis maupun customer. Karena Islam memandang bahwa memperhatikan kebutuhan orang lain di satu sisi memang terlihat seolah hanya untuk kepentingan custmomer. Namun di lain fihak sesungguhnya hal ini akan berdampak pada kemudahan yang Allah berikan terhadap kebutuhan-kebutuhan kita sendiri. Dalam sebuah hadits diriwayatkan :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَخْبَرَهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَمَنْ كَانَ فِيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ (رواه البخاري)

Dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ..."Dan barang siapa yang (memperhatikan) keperluan saudaranyal, maka Allah SWT pun akan (memperhatikan) keperluan-keperluannya. (HR. Bukhari)

(4) Memulai sejak pagi sekali. Memulai bisnis sejak pagi hari, merupakan salah satu bentuk sunnah Rasulullah SAW dalam berbisnis. Karena memulai bisnis di pagi-pagi sekali menunjukkan kesungguhan seseorang dalam berusaha. Dan bukankah sebagai seoarng muslim, waktu minimal untuk memulai aktivitas adalah ketika waktu azan subuh;

لاَ تَنَامُوْا عَنْ طَلَبِ أَرْزَاقِكُمْ فِيْمَا بَيْنَ صَلاَةِ الْفَجْرِ إِلَى طُلُوْعِ الشَّمْسِ (رواه الديلمي في الفردوس)

Dari Anas bin Malik ra (beliau mamarfu'kannya dari Rasulullah SAW) bersabda, 'Janganlah kalian tidur (kembali) untuk mencari rizki kalian, yaitu antara waktu shalat subuh hingga terbitnya matahari. (HR. Dailami dalam Musnad Firdaus)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ صَخْرٍ الْغَامِدِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا وَكَانَ إِذَا بَعَثَ سَرِيَّةً أَوْ جَيْشًا بَعَثَهُمْ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ وَكَانَ صَخْرٌ رَجُلاً تَاجِرًا وَكَانَ يَبْعَثُ تِجَارَتَهُ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ فَأَثْرَى وَكَثُرَ مَالُهُ قَالَ أَبُو دَاوُد وَهُوَ صَخْرُ بْنُ وَدَاعَةَ (رواه الترمذي وأبو داود وابن ماجه)

Dari Shakhr Al-Amidi ra dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya beliau bersabda, 'Ya Allah berikanlah keberkahan pada umatku pada (atas usaha yang dilakukan) pada pagi hari. Dan bahwasanya Shakr adalah seorang pengusaha, dan ia apabila mengirimkan dagangannya beliau lakukan pada pada waktu pagi hari. Maka ia menjadi kaya dan banyak hartanya." Abu Daud mengatakan, bahwa ia (Shakr) adalah Shakr bin Wada'ah. (HR. Turmudzi, Abu Daud & Ibnu Majah)

Kesimpulannya adalah, bahwa secara umum mencari rizki dari mulai ba'da subuh atau pagi-pagi sekali, akan membawa keberkahan, di samping juga memiliki nilai pahala yang lebih mulia di bandingkan dengan yang memulai bisnisnya di siang hari.

5. Menjaga silaturahim. Hal lain yang perlu dilakukan seseorang adalah menyambung silaturahim. Karena silaturahim (tidak terkecuali terhadap customer) akan melanggengkan bisnis, dan bahkan meningkatkan keuntungan, baik duniawi maupun ukhrawi. Hal ini dikatakan langsung oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ (رواه البخاري)

Dari Anas bin Malik ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang berkeinginan agar rizkinya dilapangkan dan nama baiknya di kekalkan, maka hendaknya ia menyambung tali persaudaraannya." (HR. Bukhari)

Dalam dunia bisnis silaturahim sangat perlu untuk menjaga kelanggengan hubungan bisnis dengan mitra maupun dengan customer. Karena dengan silaturahim, jalinan persaudaraan akan lebih erat yang oleh karenanya keeratan hubungan lain pun dapat terbina, seperti dalam hubungan bisnis. Karena silaturahim menimbulkan dampak psikologis tersendiri yaitu kedekatan emosional yang lebih terbina dengan baik. Dan di dalam bisnis terkadang seseorang menjalin hubungan bisnis tidak hanya karena harga yang murah atau pelayanan yang baik, namun terkadang hubungan emosional terkadang bisa lebih dominan. Dan alangkah baiknya, ketika pelayanan yang baik, harga yang murah juga dibingkai dengan bingkaian silaturahim. Tentunya hal ini akan menjadi lebih baik lagi. Seandainya pun silaturahim secara fisik agak sulit dilakukan, silaturahim dengan media lainpun juga bisa dilakukan, seperti dengan media telpon, sms, surat, email dsb. Pada intinya, jangan sampai hubungan terabaikan dan terputus begitu saja.

(6) Itqan, Secara bahasa, itqan berarti mengerjakan sesuatu dengan sempurna. Namun dalam beberapa hal, itqan juga sering diterjemahkan dengan profesional, melampaui target, tuntas dsb. Dasar dari itqan ini adalah sebuah riwayat dari Imam Thabrani :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللهَ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ (رواه الطبراني)

Dari Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang hamba yang apabila ia mengerjakan sesuatu, ia mengerjakannya dengan itqan." (HR. Thabrani).

Itqan jika dikaitkan dengan dunia produksi adalah bagaimana memproduksi suatu barang dengan "sempurna", mulai dari bentuknya, komposisinya, kualitasnya, hingga kepada pengemasannya. Semua dilakukan dengan baik dan sempurna. Sedangkan dalam marketing, itqon bisa diterjemahkan dengan penjualan prodok minimal mencapai targetnya, atau bahkan melampaui targetnya. Itqan dalam bekerja adalah bagaimana pekerjaan yang dilakukan seseorang tuntas, selesai, rapi, dan tidak menimbulkan permasalahan lainnya. Demikian seterusnya. Dan dalam berbisnis secara umum, itqan dapat diterjemahkan dengan usaha yang maksimal, baik dalam memproduksi, menjual, mengemas, membina hubungan baik dengan mitra bisnis maupun dengan customer, termasuk itqan dalam memahami aspek-aspek syariah ketika berbisnis.

Wallahu A'lam Bis Shawab.

Rikza Maulan, Lc., M. Ag

(sumber tulisan : eramuslim.com, gambar : google.com)
 

Minggu, 03 Januari 2010

Re: [forkabas] Fw: Tar-Com>> renungan - Tragedi Kiyai Liberal, Akhir Hayatnya Memilukan

Merenungi Kisah Tragedi Kiyai Liberal Matinya Memilukan

Belakangan, tulisan "Tragedi Kiyai Liberal, Akhir Hayatnya Memilukan" dimuat oleh situs voa-islam.com, lalu ditampilkan ulang oleh seorang anggota sebuah milis.

Di tengah milis itu sedang bersahut-sahutan antar anggotanya mengenai tulisan tentang matinya kiyai liberal itu, qadarullah seorang liberal mati dan orang-orang menyebutnya kiyai pula. Yang mati itu adalah Gus Dur (Abdurrahman Wahid, meninggal Rabu 30 Desember 2009 di RSCM Jakarta, dan dikubur di Jombang Jawa Timur Kamis 31 Desember 2009).

Dengan adanya waktu bertepatan Gus Dur meninggal itu maka tulisan yang tadinya sudah diramaikan itu menjadi lebih ramai lagi, bahkan dikaitkan dengan bolehkah ia disholati, bolehkan dikubur di pekuburan Islam, dan akankah dia masuk surga dan semacamnya.

Di sela-sela hiruk pikuknya sahut-sahutan itu kemudian disahut oleh salah seorang anggota, isinya sebagai berikut:

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
 
Kisah kiyai liberal ini pernah dimuat beberapa tahun lalu di majalah Tabligh yang diterbitkan Lembaga Dakwah Khusus (khusus, kurang lebihnya adalah dakwah untuk daerah transmigran, terpencil dan sebagainya) di Muhammadiyah Pusat, Jl Menteng Raya, Jakarta. Majalah itu konon menjadikan gerahnya orang-orang seperti Syafii Maarif dll. Kisah yang mirip dengan itu dan juga beredar luas masa itu ada di Hidayatullah. Makanya ulil kabarnya sangat geram terhadap media Hidayatullah, walau jelas kisah fiksi. 

..setelah tulisan "Tragedi Kiyai Liberal" dimuat di situs voa-islam.com, lalu ditampilkan ulang oleh seorang anggota sebuah milis. Di tengah milis itu sedang bersahut-sahutan antar anggotanya mengenai tulisan tentang matinya kiyai liberal itu, qadarullah, tahu-tahu dalam kenyataan, ada orang meninggal, dan tergolong liberal lagi pula sebutannya kiyai...

Adapun tentang kiyai liberal yang muncul di milis ini, rupanya salah satu tenaga majalah Tabligh sekarang aktif di voa-islam.com, dan kisah itu dimuat di sana, lalu di-forward anggota milis ini di sini. Tahu-tahu dalam kenyataan, ada orang meninggal, dan tergolong liberal lagi pula sebutannya kiyai...
 
Kemudian ada komentar-komentar terhadap yang meninggal, dikaitkan dengan masuk surga dan sebagainya. bahkan ada yang tanya-tanya (bukan di milis ini) dia boleh gak disholati, boleh gak dikubur di pekuburan Muslim dan sebagainya. Tentang disholati ditanyakan juga rupanya di sini.
 
Itu semua tak ada hubungannya dengan kisah fiksi ini, tapi kaitannya adalah kisah fiksi ini dimunculkan kembali pas kemudian ada kiyai liberal yang mati.
 
Kalau mengenai orang meninggal, bila memang dia menolak diterapkannya syariat Allah, membela Inul, dijuluki Laskar Kristus, membela porno, menghidupkan kemusyrikan seperti ruwatan (acara kemusyrikan yang dipercayai untuk membuang sial), meresmikian agama kemusyrikan konghucu, meresmikan agama yang sudah dilarang (Baha'i), menganggap syariat Islam kalau diformalkan maka akan berbahaya, maka untuk mengukurnya perlu kita merujuk kepada Allah dan Rasul-Nya. Sudah ada ayat dan teladan sebaik-baik teladan yakni Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
 
Ayat walan tardho (QS 2:120) sudah jelas. Orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. Jika Yahudi dan Nasrani ridho kepada seseorang, berarti berbalikan dalam dua arah:

Pertama berbalikan dengan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang sampai akhir hayatnya dibenci Yahudi, bahkan diracun. bahkan sampai kini Nabi Muhammad masih dicaci maki, dihina dan sebagainya oleh mereka.

Kedua, sikap Yahudi dan Nasrani yang mestinya benci malah jadi ridha, tentu saja keridhoannya karena sudah sesuai dengan ayat itu yaitu mengikuti agama mereka. walaupun secara formal tidak berganti agama, tetapi orang Yahudi dan Nasrani berarti sudah menganggapnya memenuhi syarat dalam mengikuti agama mereka. Contoh yang belum memenuhi syarat adalah sikap Amien Rais, walau ketika kampanye sering ke klenteng dan sebagainya, namun Yahudi dan Nasrani belum mempercayainya, maka masih belum ridha kepadanya. Itulah bedanya, Amien Rais dengan Gus Dur yang sudah diridhai Yahudi dan Nasrani.
 
Tentang menolak diterapkannya syariat Islam apalagi menganggap bahwa syariat Islam kalau diterapkan maka berbahaya, bila penolakannya itu merupakan sikap kebenciannya terhadap apa yang diturunkan Allah Ta'ala, maka semua amal baiknya menjadi musnah. itu ditegaskan dalam QS Muhammad 47:9. 
 
Ini bukan untuk menghakimi seseorang, tetapi ana sendiri khawatir terhadap diri sendiri, jangan-jangan diriku ini silau dengan aneka keadaan yang telah memutar balikkan kebenaran sambil mengusung kebatilan.
 
Semoga Allah menunjuki kita jalan yang benar. Amien.
 
Wassalam 

Hajaiz Ahmad



Pada tanggal 04/01/10, momo Kroyo <momo_kroyo@yahoo.com> menulis:
 

bener atao ga..friksi atau fiktif...tapi buat kita untuk renuangan ....lah..
 
 
    Tragedi Kiyai Liberal, Akhir Hayatnya Memilukan

 "Apa!? kamu hamil?!" Pak tua itu terbelalak mendengar pengakuan putri bungsu yang dicintainya. Dia langsung berdiri dan memburu ke arah sang putri, mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap mendaratkan tamparannya, tapi...

"Jangan Paa... sabaar..!" istrinya menjerit sambil berusaha menghalangi dengan memeluk erat tubuh gadis kesayangannya. Sang bapak pun mengurungkan niatnya, tapi nampak jelas kemarahan dan kekecewaan luar biasa menguasai dirinya. Tubuhnya bergetar, matanya merah melotot, menatap tajam ke arah putrinya.

"Siapa!? Siapa yang berbuat kurang ajar begini, hah??" bentaknya tiba-tiba.

Sang putri hanya terdiam, terisak dan menyembunyikan wajahnya dalam pelukan sang ibu.

"Ya Allahhh… kenapa ini terjadi pada keluargakuu. .?? Aku yang ditokohkan orang sebagai cendekiawan muslim terkemuka di negeri ini, hanya membesarkan seorang pelacur!!!" Orang tua itu mengeluh dan mengomel seolah ingin memuntahkan seluruh kekesalan dan kekecewaan dari ubun-ubunnya. Sementara, sambil terus memeluk anaknya, sang istri berusaha menenangkan suasana.

"Istigfar Paa, siapa sih yang pelacur? Anak kita kan hanya korban…" belum selesai si istri berbicara, "Korban apa? Wong dia sengaja melakukannya! !!" Pak tua yang masih kesal itu kini bertambah marah mendengar istrinya berusaha membela sang anak.

Suasana langsung hening, sang istri hanya menunduk, tidak mampu berkata apa-apa. Sejenak kemudian lelaki tua itu menarik kursi ke arah istri dan anaknya yang masih saling berpelukan, dan menghempaskan tubuhnya yang mulai renta itu.

"Ufhhh…, kenapa kau lakukan ini, Nak?" nada bicaranya nampak mulai menurun. Lalu dia menunduk sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan keriputnya, seakan tindakan itu bisa menutupi rasa malu yang akan dipikulnya ketika tersiar kabar di media massa infotaintment, "Putri Cendikiawan Muslim Terkemuka, Hamil di Luar Nikah dengan Pemuda Kristen."

"Pokoknya, kamu harus dicambuk seratus kali!" tiba-tiba dia berucap tegas. Istrinya yang sedari tadi diam, serta-merta menoleh ke arahnya sambil mengernyitkan dahi.

"Apa, Pa? Dicambuk? Bukannya papa pernah bilang cambuk itu hukuman primitif yang tidak pantas untuk diberlakukan lagi? Papa juga sering menulis di buku dan berbagai media bahwa hudud itu sudah tidak relevan dan ketinggalan zaman?!" sang istri memberanikan diri untuk angkat bicara.

Mendengar itu, sang cendekiawan pun semakin terhenyak ke kursinya, dia pun terdiam tak tahu harus bagaimana.

*****

Semenjak kejadian itu, kini lelaki tua tujuh puluh tahunan itu terkulai lemah di atas pembaringan sebuah ruangan gawat darurat sebuah rumah sakit ibu kota. Dia mengalami depresi yang cukup berat. Dalam dirinya terjadi pertentangan batin yang hebat. Dia sadar bahwa selama ini dia terdepan meneriakkan keabsahan nikah beda agama, meneriakkan slogan  anti penerapan syariat Islam, menentang jilbab dan menyatakan jilbab bukan ajaran Islam tapi tradisi Arab. "Itu budaya orang Arab, bukan budaya Islam!" tegasnya setiap saat ketika memberikan mata kuliah di depan mahasiswanya.

Tapi, kini nuraninya berontak ketika menyaksikan kedua putri-putrinya menyingkap aurat, berpakaian minim dan sudah tidak seakidah lagi dengannya. Dia ingin menyuruh mereka istiqamah dalam syariat Islam, hidup dalam rumah tangga islami,  dan menutup aurat seperti yang diperintahkan Al Quran, tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur. Kedua putrinya justru jadi orang yang gigih mengamalkan ideologi sekuler liberalnya.

Dengan busana gaul ala artis MTV, kini putrinya terjerumus kepada perbuatan zina dengan pemuda non muslim. Nuraninya menuntut untuk menjatuhkan hukuman sesuai dengan syariat Islam. Karena dia sangat mengerti bahwa hukuman di dunia akan membebaskan sang putri dari hukuman yang lebih dahsyat di akhirat nanti.

"Nak, walau bagaimana, kamu adalah seorang muslimah, jika terlanjur melakukan zina, kamu harus bertobat dan dihukum dengan hukuman yang telah ditetapkan oleh Islam." Entah untuk ke berapa kalinya dia mengatakan itu pada sang putri. Karena tuntutan nuraninya, dia selalu mencoba meyakinkan putrinya agar mau menjalani hukuman cambuk dan pengasingan.

Hingga suatu ketika, saat saat sang putri membesuknya, dia mencoba membujuk putrinya. Tak disangka-sangka sang putri langsung berkata, "Ya sudah, kalau memang dalam Islam seperti itu, aku mau masuk Kristen aja!"

"Apaaa?!" bak disambar petir, pak tua itu langsung terlonjak berdiri. Matanya melotot seolah mau copot. "Kamu sudah gila, ya? Kalo kamu masuk Kristen, kamu berarti Murtad!! Kamu kafir dan..." Ia tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya, karena amarahnya sudah membumbung tinggi. Dengan suara menggelegar dia hardik sang putri yang langsung terdiam, menggigil ketakutan.

"Apa nggak salah denger nih, Pa?" tiba-tiba putri sulungnya yang kebetulan sedang berkunjung, angkat bicara membela adiknya. "Papa ngomong apa sih, murtad.. kafir… Hak Diana dong Pa, untuk masuk Kristen, karena dia sudah merasa tidak cocok dengan Islam. Agama kan, wilayah privat yang tidak bisa dicampuri orang lain. Pindah agama ke Kristen adalah wilayah privat Diana. Papa tidak bisa, dong... ikut campur!"

"Jangan asal ngomong kamu, Len!!" pak tua itu langsung membentaknya.

"Dengar Lena, sebenarnya papa tidak pernah merestui kamu menikah dengan orang Kafir itu. Haram hukumnya muslimah menikah dengan orang kafir!!"

"Sekarang papa berani bilang begitu, lalu kenapa papa selama ini sibuk menulis di buku dan berbagai media bahwa semua agama itu sama kebenarannya? Untuk apa papa berkoar-koar semua pemeluk agama akan masuk surga? Itu semua bohong? Iya, Pa? Papa selama ini hanya menipu orang banyak dengan semua tulisan dan ucapan Papa itu?" Lena memberondong sang ayah yang sudah tua dan sedang sakit itu dengan berbagai pertanyaan yang sangat menyudutkan.

"Diaamm..!!!" dia semakin kalap mendengar ocehan sang putri sulung.

"Kenapa Lena harus diam? Lena kan hanya mengulang ucapan-ucapan yang Papa ajarkan!" Si sulung tidak mau kalah, balas membentak. "Asal Papa tahu, sekarang aku sudah ikut agama Mas Yudha, aku sudah masuk agama Budha!"

"Apaa?! ... beraninya kamu murtad Lena.. kamu sudah kafir, akan masuk neraka… darahmu sekarang halal ditumpahkan… akan aku bun... aaaakhhh!"

"Pa..pa..istigfar pa…, istigfaaar!! !" Sang istri berusaha menenangkan suaminya yang berteriak-teriak mengigau. Lelaki itu terus meronta-ronta sambil berteriak tak karuan. "Susteer… tolong susteer.." Sang istri pun menjerit histeris. Tak lama kemudian berdatanganlah beberapa perawat laki-laki, memegangi tangan dan kakinya sampai dia tenang kembali.

"Ahh.. hhh..hhh" lelaki itu nampak terengah, nafasnya memburu..

"Tenang Pak, istigfar.." salah seorang perawat terus berusaha menenangkannya.

Lelaki tua itu pun berangsur tenang, perlahan dia membuka kedua bola matanya, memandang sekelilingnya. Nampak olehnya sang istri yang masih menyisakan cemas di wajahnya. Kedua biji matanya menyapu sekeliling ruangan itu, namun tak didapatinya kedua orang putrinya.

"Ma.. apa.. d..Di..ana jj..jadi masuk kk..Kristen?" mulutnya bergetar, dengan suara yang amat lemah dia berusaha bertanya ke istrinya. Setelah terdiam beberapa saat, bingung harus menjawab apa, sang istri pun memberanikan diri untuk mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

..Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil...

"Fhhhhh…" lelaki itu menghembuskan nafas kuat-kuat, seolah ingin melepaskan semua beban di dadanya. Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil... "Apabila anak Adam meninggal dunia, terputus seluruh amalannya kecuali tiga perkara… Ilmu yang bermanfaat, shadaqah jariah, dan anak shaleh yang akan mendoakan.." Dia langsung membelalakkan matanya, "Anak yang shalehhh…" mulutnya berdesis. "Aku tidak punya anak yang shaleeeh… kedua putri ku telah murtaaad!!.. aahhh, siapa nanti yang akan mendoakanku? ? Hik..hik..hik. ." dia pun terisak, tubuhnya berguncang hebat menahan isakan tangis penyesalannya.

***

Sang cendekiawan tertunduk menatap tajam ke arah gundukan tanah yang masih merah tempat istrinya dibaringkan untuk selama-lamanya. Tanpa disangka, istrinya yang segar-bugar, mendahuluinya menemui sang Khaliq. Sementara sang cendekiawan tua yang belum bisa mengatasi depresi berat itu masih bertahan hidup, meski sakit-sakitan. Kini, tinggallah Kyai Liberal ini dengan dua orang putrinya.

Tiba-tiba dia tersentak, teringat kedua putrinya kini beda agama dengannya, berarti hanya dia sendiri yang muslim.

Ketika hendak beranjak berdiri. Tanpa sengaja bola matanya terpaku pada sebuah nisan berlambang salib, tak jauh dari makam istrinya. "Ya Allah, bila aku mati nanti, akankah namaku terpampang di batu nisan seperti di makam salib itu?" [azz@hra/voa-islam.com]

http://www.voa- islam.com/ news/hikmah/ 2009/12/27/ 2231/tragedi- kiyai-liberalakh ir-hayatnya- memilukan/

 

 

__._,_.___
.

__,_._,___

Re: [forkabas] Fw: Tar-Com>> renungan - Tragedi Kiyai Liberal, Akhir Hayatnya Memilukan



Pada tanggal 04/01/10, momo Kroyo <momo_kroyo@yahoo.com> menulis:
 

bener atao ga..friksi atau fiktif...tapi buat kita untuk renuangan ....lah..
 
 
    Tragedi Kiyai Liberal, Akhir Hayatnya Memilukan

 "Apa!? kamu hamil?!" Pak tua itu terbelalak mendengar pengakuan putri bungsu yang dicintainya. Dia langsung berdiri dan memburu ke arah sang putri, mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap mendaratkan tamparannya, tapi...

"Jangan Paa... sabaar..!" istrinya menjerit sambil berusaha menghalangi dengan memeluk erat tubuh gadis kesayangannya. Sang bapak pun mengurungkan niatnya, tapi nampak jelas kemarahan dan kekecewaan luar biasa menguasai dirinya. Tubuhnya bergetar, matanya merah melotot, menatap tajam ke arah putrinya.

"Siapa!? Siapa yang berbuat kurang ajar begini, hah??" bentaknya tiba-tiba.

Sang putri hanya terdiam, terisak dan menyembunyikan wajahnya dalam pelukan sang ibu.

"Ya Allahhh… kenapa ini terjadi pada keluargakuu. .?? Aku yang ditokohkan orang sebagai cendekiawan muslim terkemuka di negeri ini, hanya membesarkan seorang pelacur!!!" Orang tua itu mengeluh dan mengomel seolah ingin memuntahkan seluruh kekesalan dan kekecewaan dari ubun-ubunnya. Sementara, sambil terus memeluk anaknya, sang istri berusaha menenangkan suasana.

"Istigfar Paa, siapa sih yang pelacur? Anak kita kan hanya korban…" belum selesai si istri berbicara, "Korban apa? Wong dia sengaja melakukannya! !!" Pak tua yang masih kesal itu kini bertambah marah mendengar istrinya berusaha membela sang anak.

Suasana langsung hening, sang istri hanya menunduk, tidak mampu berkata apa-apa. Sejenak kemudian lelaki tua itu menarik kursi ke arah istri dan anaknya yang masih saling berpelukan, dan menghempaskan tubuhnya yang mulai renta itu.

"Ufhhh…, kenapa kau lakukan ini, Nak?" nada bicaranya nampak mulai menurun. Lalu dia menunduk sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan keriputnya, seakan tindakan itu bisa menutupi rasa malu yang akan dipikulnya ketika tersiar kabar di media massa infotaintment, "Putri Cendikiawan Muslim Terkemuka, Hamil di Luar Nikah dengan Pemuda Kristen."

"Pokoknya, kamu harus dicambuk seratus kali!" tiba-tiba dia berucap tegas. Istrinya yang sedari tadi diam, serta-merta menoleh ke arahnya sambil mengernyitkan dahi.

"Apa, Pa? Dicambuk? Bukannya papa pernah bilang cambuk itu hukuman primitif yang tidak pantas untuk diberlakukan lagi? Papa juga sering menulis di buku dan berbagai media bahwa hudud itu sudah tidak relevan dan ketinggalan zaman?!" sang istri memberanikan diri untuk angkat bicara.

Mendengar itu, sang cendekiawan pun semakin terhenyak ke kursinya, dia pun terdiam tak tahu harus bagaimana.

*****

Semenjak kejadian itu, kini lelaki tua tujuh puluh tahunan itu terkulai lemah di atas pembaringan sebuah ruangan gawat darurat sebuah rumah sakit ibu kota. Dia mengalami depresi yang cukup berat. Dalam dirinya terjadi pertentangan batin yang hebat. Dia sadar bahwa selama ini dia terdepan meneriakkan keabsahan nikah beda agama, meneriakkan slogan  anti penerapan syariat Islam, menentang jilbab dan menyatakan jilbab bukan ajaran Islam tapi tradisi Arab. "Itu budaya orang Arab, bukan budaya Islam!" tegasnya setiap saat ketika memberikan mata kuliah di depan mahasiswanya.

Tapi, kini nuraninya berontak ketika menyaksikan kedua putri-putrinya menyingkap aurat, berpakaian minim dan sudah tidak seakidah lagi dengannya. Dia ingin menyuruh mereka istiqamah dalam syariat Islam, hidup dalam rumah tangga islami,  dan menutup aurat seperti yang diperintahkan Al Quran, tapi apa daya nasi sudah menjadi bubur. Kedua putrinya justru jadi orang yang gigih mengamalkan ideologi sekuler liberalnya.

Dengan busana gaul ala artis MTV, kini putrinya terjerumus kepada perbuatan zina dengan pemuda non muslim. Nuraninya menuntut untuk menjatuhkan hukuman sesuai dengan syariat Islam. Karena dia sangat mengerti bahwa hukuman di dunia akan membebaskan sang putri dari hukuman yang lebih dahsyat di akhirat nanti.

"Nak, walau bagaimana, kamu adalah seorang muslimah, jika terlanjur melakukan zina, kamu harus bertobat dan dihukum dengan hukuman yang telah ditetapkan oleh Islam." Entah untuk ke berapa kalinya dia mengatakan itu pada sang putri. Karena tuntutan nuraninya, dia selalu mencoba meyakinkan putrinya agar mau menjalani hukuman cambuk dan pengasingan.

Hingga suatu ketika, saat saat sang putri membesuknya, dia mencoba membujuk putrinya. Tak disangka-sangka sang putri langsung berkata, "Ya sudah, kalau memang dalam Islam seperti itu, aku mau masuk Kristen aja!"

"Apaaa?!" bak disambar petir, pak tua itu langsung terlonjak berdiri. Matanya melotot seolah mau copot. "Kamu sudah gila, ya? Kalo kamu masuk Kristen, kamu berarti Murtad!! Kamu kafir dan..." Ia tak sanggup lagi meneruskan kata-katanya, karena amarahnya sudah membumbung tinggi. Dengan suara menggelegar dia hardik sang putri yang langsung terdiam, menggigil ketakutan.

"Apa nggak salah denger nih, Pa?" tiba-tiba putri sulungnya yang kebetulan sedang berkunjung, angkat bicara membela adiknya. "Papa ngomong apa sih, murtad.. kafir… Hak Diana dong Pa, untuk masuk Kristen, karena dia sudah merasa tidak cocok dengan Islam. Agama kan, wilayah privat yang tidak bisa dicampuri orang lain. Pindah agama ke Kristen adalah wilayah privat Diana. Papa tidak bisa, dong... ikut campur!"

"Jangan asal ngomong kamu, Len!!" pak tua itu langsung membentaknya.

"Dengar Lena, sebenarnya papa tidak pernah merestui kamu menikah dengan orang Kafir itu. Haram hukumnya muslimah menikah dengan orang kafir!!"

"Sekarang papa berani bilang begitu, lalu kenapa papa selama ini sibuk menulis di buku dan berbagai media bahwa semua agama itu sama kebenarannya? Untuk apa papa berkoar-koar semua pemeluk agama akan masuk surga? Itu semua bohong? Iya, Pa? Papa selama ini hanya menipu orang banyak dengan semua tulisan dan ucapan Papa itu?" Lena memberondong sang ayah yang sudah tua dan sedang sakit itu dengan berbagai pertanyaan yang sangat menyudutkan.

"Diaamm..!!!" dia semakin kalap mendengar ocehan sang putri sulung.

"Kenapa Lena harus diam? Lena kan hanya mengulang ucapan-ucapan yang Papa ajarkan!" Si sulung tidak mau kalah, balas membentak. "Asal Papa tahu, sekarang aku sudah ikut agama Mas Yudha, aku sudah masuk agama Budha!"

"Apaa?! ... beraninya kamu murtad Lena.. kamu sudah kafir, akan masuk neraka… darahmu sekarang halal ditumpahkan… akan aku bun... aaaakhhh!"

"Pa..pa..istigfar pa…, istigfaaar!! !" Sang istri berusaha menenangkan suaminya yang berteriak-teriak mengigau. Lelaki itu terus meronta-ronta sambil berteriak tak karuan. "Susteer… tolong susteer.." Sang istri pun menjerit histeris. Tak lama kemudian berdatanganlah beberapa perawat laki-laki, memegangi tangan dan kakinya sampai dia tenang kembali.

"Ahh.. hhh..hhh" lelaki itu nampak terengah, nafasnya memburu..

"Tenang Pak, istigfar.." salah seorang perawat terus berusaha menenangkannya.

Lelaki tua itu pun berangsur tenang, perlahan dia membuka kedua bola matanya, memandang sekelilingnya. Nampak olehnya sang istri yang masih menyisakan cemas di wajahnya. Kedua biji matanya menyapu sekeliling ruangan itu, namun tak didapatinya kedua orang putrinya.

"Ma.. apa.. d..Di..ana jj..jadi masuk kk..Kristen?" mulutnya bergetar, dengan suara yang amat lemah dia berusaha bertanya ke istrinya. Setelah terdiam beberapa saat, bingung harus menjawab apa, sang istri pun memberanikan diri untuk mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

..Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil...

"Fhhhhh…" lelaki itu menghembuskan nafas kuat-kuat, seolah ingin melepaskan semua beban di dadanya. Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali memejamkan mata… tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil... "Apabila anak Adam meninggal dunia, terputus seluruh amalannya kecuali tiga perkara… Ilmu yang bermanfaat, shadaqah jariah, dan anak shaleh yang akan mendoakan.." Dia langsung membelalakkan matanya, "Anak yang shalehhh…" mulutnya berdesis. "Aku tidak punya anak yang shaleeeh… kedua putri ku telah murtaaad!!.. aahhh, siapa nanti yang akan mendoakanku? ? Hik..hik..hik. ." dia pun terisak, tubuhnya berguncang hebat menahan isakan tangis penyesalannya.

***

Sang cendekiawan tertunduk menatap tajam ke arah gundukan tanah yang masih merah tempat istrinya dibaringkan untuk selama-lamanya. Tanpa disangka, istrinya yang segar-bugar, mendahuluinya menemui sang Khaliq. Sementara sang cendekiawan tua yang belum bisa mengatasi depresi berat itu masih bertahan hidup, meski sakit-sakitan. Kini, tinggallah Kyai Liberal ini dengan dua orang putrinya.

Tiba-tiba dia tersentak, teringat kedua putrinya kini beda agama dengannya, berarti hanya dia sendiri yang muslim.

Ketika hendak beranjak berdiri. Tanpa sengaja bola matanya terpaku pada sebuah nisan berlambang salib, tak jauh dari makam istrinya. "Ya Allah, bila aku mati nanti, akankah namaku terpampang di batu nisan seperti di makam salib itu?" [azz@hra/voa-islam.com]

http://www.voa- islam.com/ news/hikmah/ 2009/12/27/ 2231/tragedi- kiyai-liberalakh ir-hayatnya- memilukan/

 

 

__._,_.___
.

__,_._,___