3 Penyebab Datangnya Rizki
1. Beriman dan bertaqwa
Orang yang senantiasa beriman kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya yang wajib atau sunnah dan meninggalkan larangan-Nya yang haram maupun yang makruh, akan mendapat rizki yang cukup, sebagaimana janji Allah,
Jikalau seandainya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A'raf: 96).
Satu bukti konkrit, negara Saudi Arabia. Walaupun negara kecil, tetapi kaerna banyaknya ulama, orang shalih, dan pemimpin yang melaksanakan hukum Allah, Allah memberi kekayaan yang cukup untuk menghidupi rakyatnya. Lebih dari itu, kekayaannya dapat dirasakan oleh kaum muslimin seluruh dunia, baik berupa bantuan masjid, lembaga pendidikan dan bantuan sosial lainnya. Bahkan kekayaannya itu, mampu membiayai para penuntut ilmu di dalam negeri maupun dari luar negeri dengan cuma-coma, bebas calo dan tangan haram.
2. Bertawakkal kepada Allah
Bertawakkal kepada Allah dengan berusaha yang halal adalah kunci datangnya rizki. Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata, Saya mendengar Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Seandainya kamu benar-benar bertawakkal kepada Allah, tentu Allah akan memberi rizki kepadamu sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung, keluar pagi dlam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaaan kenyang.4
3. Berdo'a kepada Allah
Orang yang beriman tidak boleh hanya mengandalkan usahanya secara lahiriah. Hendaknya selalu mengawali usahanya dengan memohon kepada Allah agar diberi rizki yang halal. Karena manusia tugasnya mencari, sedangkan Allah-lah Sang Maha Pemberi. Nabi Ibrahim 'alaihis salam berdo'a kepada Allah untuk dirinya dan umatnya. Lihat surat Al-Baqarah: 126 dan surat Ibrahim: 37.5
4. Mensyukuri nikmat Allah
Apabila seseorang mendapatkan rizki yang halal, jangan sekali-kali mengatakan, "Ini karena saya yang berbuat atau si fulan." Hendaknya ia meyakini dan mengatakan, "Allah yang memberi rizki." Kemudian hendaknya mensyukurinya dengan meningkatkan ibadah. Insya Allah dengan prinsip ini, Allah senantiasa memberi kemudahan dan tambahan rizki.
Dan (ingatlah juga), tatkala Rabb-mu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan manambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7).
5. Hijrah dari kemaksiatan
Orang yang hijrah dan meninggalkan kemaksiatan akan memperoleh rizki dari Allah, sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Anfal ayat 74:
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rizki (nikmat) yang mulia.
6. Senantiasa menjalankan shalat
Orang yang menjalankan shalat sesuai syarat dan rukunnya akan mendapatkan rizki, sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Anfal ayat 3 dan 4,
(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb-nya dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia.
7. Meningkatkan iman dan amal shalih
Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shalih, bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia. (QS. Al-Hajj: 50).
8. Membantu mencarikan pangan rakyat yang miskin
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam memimpin umat, selalu mendahulukan kebutuhan umatnya daripada diri sendiri dan keluarganya. Terutama perhatian beliau kepada para fakir miskin, janda dan anak yatim. Beliau mengatakan,
Sayalah yang lebih berhak mengurusi orang mukmin daripada dirinya sendiri. Bila ada orang yang beriman meninggal dunia lalu dia punya hutang, sayalah yang membayarnya, dan bila meninggalkan harta, maka untuk ahli warisnya.6
Prinsip beliau shallallahu 'alaihi wa sallam ini hendaknya diteladani para pemimpin dan orang kaya. Karena Allah telah menitipkan kepada mereka amanat harta dan kekuasaan. Oleh sebab itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab Siyaasatusy Syar'iyah mengatakan,
Negara menjadi baik bila pemimpinnya as-saja'ah dan al-karam, artinya pemberani dan pemurah. Pemberani dibutuhkan untuk mematahkan musuh dan perusuh. Pemurah dibutuhkan untuk menolong orang yang tertindas dan kaum buruh.7
Selanjutnya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada kita umat Islam agar banyak berinfaq dan monolong orang miskin, karena rizki datang dengan sebab menolong mereka. Mus'ab bin Sa'd berkata,
Sa'd radhiyallahu 'anhu memandang dirinya lebih mampu daripada yang lain, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah kamu mendapatkan kemenangan dan kelapangan rizki melainkan sebab kamu menolong kawanmu yang miskin.8
Abu Darda' berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Bantulah aku membantu kaum dhu'afa (orang-orang muskin) di kalangan kalian, karena tidaklah engkau mendapatkan rizki dan kemenangan melainkan karena kamu tolong mereka.9
4 Jalan Menuju Kecukupan
Untuk memperoleh kecukupan dan ketenangan jiwa pada saat dilanda kekurangan kebutuhan hidup, lakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Bersabar atas ketentuan Allah
Maksudnya, kita umat Islam, tidak boleh mengeluh dan putus asa. Karena tidak mungkin kita keluar dari ketentuan-Nya. Musibah ini bukan hanya menimpa diri kita saja, tetapi juga menimpa para utusan sebelumnya, terutama Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam.
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah darangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, seungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al-Baqarah: 214).
Orang yang bersabar akan mendapatkan pertolongan, sebagaimana firman Allah,
Bersabarlah, sesungguhnya Allah menolong orang-orang yang bersabar. (QS. Al-Anfal: 46).
2. Bersabar atas tindakan pemimpinnya
Sikap Ahlus Sunnah wal Jama'ah atau salafus shalih ketika melihat tindakan pemimpin yang dibenci, bukanlah unjuk rasa, demonstrasi, apalagi melakukan perusakan, (akan) tetapi bersabar. Hudzaifah ibnul Yaman berkata,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dan akan dipimpin umat ini oleh pemimpin, hati mereka adalah hati setan yang masuk ke dalam tubuh manusia." Lalu aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku perbuat jika aku menjumpainya?" Beliau menjawab,
"Dengarkan dan taati pemimpin, walaupun dipukul punggungmu dan dirampas hartamu. Dengarkan dan taatilah."10
Mudah-mudah hadits ini dapat memadamkan emosi dan kemarahan jiwa kaum muslimin yang kurang berkenan melihat tindakan pemimpinnya. Dengan bersabar, insya Allah masalah menjadi lebih ringan dan akan ada jalan keluarnya.
3. Tetap istiqomah dan taqwa kepada Allah
(Allah berfirman -red. vbaitullah)
Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka. (QS. Ath-Thalaq: 2-3).
4. Optimis dan yakin Allah tetap memberi rizki
Dari Abdullah bin Mas'ud (bahwasanya) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Sesungguhnya Jibril 'alaihis salam meniupkan di dalam jiwaku, sesungguhnya salah seorang dari kalian tidak akan mati hingga telah sempurna rizkinya. Maka takutlah kepada Allah dan carilah rizki dengan cara yang baik.11
5. Tanamkan rasa qana'ah dan merasa cukup
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Sungguh beruntung orang Islam yang berserah diri dan merasa cukup dengan rizki yang ada dan merasa puas atas pemeberian-Nya.12
6. Hindarkan ambisi rakus dunia
Faktor utama hancurnya umat dan perusak pada zaman dahulu maupun sekarang adalah tamak dan rakus kedudukan dan harta. Padahal kaya yang hakiki adalah kaya jiwa, mampu menghadapi semua masalah. Hal ini tidak mungkin diperoleh kecuali bagi orang yang beriman dan berilmu dienul Islam. Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Bukanlah kaya itu orang yang banyak harta, tetapi kaya itu kaya jiwa.13
7. Hindarkan pemborosan dan israf
Sebenarnya rizki yang Allah berikan kepada hamba-Nya sudah cukup untuk kepentingan primer setiap harinya. Namun hawa nafsu tidaklah pernah berhenti menyuruh kita boros dan membeli sesuatu yang tidak ada gunanya. Misalnya membeli TV, menghiasi dalam dan luar rumah yang tidak berfaedah, makan enak yang bukan tuntutan perutnya, rekreasi (piknik), nonton hiburan dan masih banyak lagi.
Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A'raf: 31)
Dengan menjauhi perkara ini, insya Allah rizki dari Allah cukup untuk menutup kebutuhan.
8. Hindarkan segala tindakan yang merusak badan dan keimanan
Misalnya merokok. Perokok adalah perusak badan dan ekonomi keluarga. Demikian juga judi dan minuman yang memabukkan. Karena merokok tidaklah menghilangkan lapar dan haus, berbeda dengan makan dan minum. Orang bisa berfikir, bila uang untuk membeli rokok dikumpulkan untuk menafkahi keluarga, insya Allah lebih dari cukup dan manfaatnya jelas. Perhatikan peringatan Allah,
Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Al-Baqarah: 195).
Adapun yang merusak keimanan, seperti menggunakan harta untuk berziarah ke kuburan wali atau tempat keramat. Inilah perusak kekayaan dan iman. Demikian juga membeli jimat untuk kekayaan dan ketenangan. Ini adalah pekerjaan kyai tukang sihir mengeruk harta orang awam dan merusak tauhid mereka.
9. Berusaha hidup hemat sesuai dengan rizki yang diterima
Kita hendaknya bisa membedakan antara kebutuhan perut dengan keinginan. Jangan sampai rizki yang sudah cukup menjadi kurang karena mengikuti hawa nafsu.
Sebagai penutup, cermatilah firman Allah berikut:
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. Ath-Thalaq: 7).
ditulis oleh Ustadz Aunur Rofiq bin Ghufron
Catatan Kaki
…4 Shahih, HR. Ibnu Majah 4157, Ahmad 23. Lihat Takhrij Hadits Musykilatil Faqri, hal. 24.
…5 Inilah kedua ayat yang disebutkan (-red. vbaitullah.or.id)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS. Al-Baqarah: 126).
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim: 37).
…6 HR. Bukhari 2/805; Ibnu Hibban 1/180, bersumber dari Abu Hurairah.
…7 Siyasatusy Syar'iyah, bab "Cara Pemimpin Mengatur Ekonomi" hal. 85-87.
…8 HR. Bukhari 3/1061, Shahih Ibnu Hibban 11/85.
…9 HR. Tirmidzi 4/206. Imam Syaukani berkata, "Hadits yang serupa diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dengan sanad yang shahih. Lihat Nailul Authar 8/103.
…10 HR. Muslim 3/1476, Al-Mustadrak, Ash-Shahihah 4/547.
…11 Musnad Asy-Syihab 2/185, Al-Hakim 2/4, Ibnu Abi Hatim 2/1, Al-Hilyah 10/27. Hadits Shahih, lihat Takhrij Hadits Musykilatil Faqri hal. 14 oleh Al-Albani.
…12 HR. Muslim 2/370 dari Abdullah bin Amr bin 'Al-Ash, Ahmad 2/168, Sunan Al-Baihaqi 4/196, Syu'abul Iman 7/290, dan lainnya.
…13 HR. Bukhari 6081, Muslim 1051
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar