Senin, 30 Januari 2012

Allah Mutlak Maha Berkuasa Atas Segala Sesuatu


Ketika seseorang meraih suatu keberhasilan atau mencapai suatu target hidup yang ingin dicapai baik itu tentang harta, jabatan, dan lainnya,  sesungguhnya hal itu terjadi karena Allah azza wa jalla menghendaki hal itu terjadi. Namun kebanyakan manusia beranggapan bahwa kesuksesan tersebut terjadi karena kerja keras mereka, sehingga mereka lupa kepada Dzat yang menciptakan dan menyebabkan segala sesuatu. Padahal seluruhnya terjadi karena Allah, termasuk niat(kehendak) dan pikiran manusia timbul karena keinginan Allah semata.  Berikut dalil-dalil dari Al Quran yang menyebutkan bahwa seluruh kejadian yang terjadi adalah merupakan ketetapan yang telah Allah tetapkan dalam Kitab Lauhul Mahfuzh :    
-               Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.(QS. Al Baqarah:255)
-               Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daupun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Al An'aam, 6:59)
-               Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab(Lauhul Mahfuzh), kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (QS. Al An'aam, 6:38)
-               Kami tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Yunus, 10:61)
-               (Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: "Ini adalah suatu yang amat ajaib". Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat). (QS. Qaaf, 50:2-4)
-               Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah(di Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Luqman, 31:27)
-               Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (QS. Al Hajj, 22:70)
-               "Tidak ada suatu musibah pun menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mahfudz) sebelum kami menciptakannya. sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (22) " (kami jelaskan demikian) supaya kamu jangan berdukacita terhadap apa yang luput darimu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-nya kepadamu dan Allah tidak menyukai setiap yang sombong lagi membanggakan diri.(23). (QS. Al Hadid : 22-23)
-               Dan tak ada suatu (yang) melata  pun di bumi melainkan Allahlah yg memberi rezkinya dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab nyata (Lauhul  mahfuzh). (QS. Hud : 6)
-               Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; Bahwa yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. (QS. Al Hajj : 70)
-               Tiada sesuatu pun yang ghaib di langit dan bumi melainkan (terdapat) dalam kitab nyata (Lauhul Mahfuzh) (QS. An Naml : 75)
-               Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami tuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang Nyata (Lauhul  Mahfuzh) (QS. Yaasiin : 12)
-               Dan Allah menciptakan kamu dari tanah lalu dari mani, lalu Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-wanita). Dan tidak ada perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuanNya. Dan sekali-kali tidak di panjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umur nya melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (QS. Al Fathir : 11)
Ditambah dalil-dalil dari hadits Rasulullah tentang Lauhul Mahfuzh :
-           كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
"Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi."  (HR. Muslim no. 2653, dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash)
Kemudian hadits selanjutnya :
"Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan (setelah 'arsy, air dan angin)( Lihat Tuhfatul Ahwadzi, Al Mubarakfuri Abul 'Ala', Darul Kutub Al 'Ilmiyyah, Beirut, 6/307)   adalah qolam (pena), kemudian Allah berfirman, "Tulislah". Pena berkata, "Apa yang harus aku tulis". Allah berfirman, "Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya"( HR. Tirmidzi no. 2155. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Takdir yang dicatat di Lauhul Mahfuzh tidak mungkin berubah sebagaimana maksud dari ayat yang kita bahas. Begitu pula disebutkan dalam hadits Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma,
رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
"Pena telah diangkat dan lembaran catatan (di Lauhul Mahfuzh) telah kering".( HR. Tirmidzi no. 2516. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih.). Adapun hadits yang menyebutkan bahwa takdir dapat di ubah, yaitu Rasulullah bersabda :
                               قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ (الترمذي)
Bersabda Rasulullah shollallahu 'alaih wa sallam: "Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta'aala selain do'a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik." (HR Tirmidzi 2065). Yang dimaksud taqdir yang bisa diubah dalam HR Tirmidzi no.2065 adalah catatan nasib manusia yang dicatat dan diketahui oleh Malaikat. Perubahan catatan inipun sudah tercatat dalam Lauh Mahfuzh sebelumnya.
 Ibnu Taimiyah rahimahullah ketika ditanya apakah rizki yang telah ditakdirkan bisa bertambah dan berkurang, beliau rahimahullah menjawab, "Rizki itu ada dua macam. Pertama, rizki yang Allah ilmui bahwasanya Allah akan memberi rizki pada hamba sekian dan sekian. Rizki semacam ini tidak mungkin berubah. Kedua, rizki yang dicatat dan diketahui oleh Malaikat. Ketetapan rizki semacam ini bisa bertambah dan berkurang sesuai dengan sebab yang dilakukan oleh hamba. Allah akan menyuruh malaikat untuk mencatat rizki baginya. Jika ia menjalin hubungan silaturahmi, Allah pun akan menambah rizki baginya."Jadi sama sekali takdir yang ada di Lauhul Mahfuzh tidak berubah, yang berubah adalah catatan yang ada di sisi Malaikat, dan itu pun sesuai ilmu Allah Ta'ala.
Sehingga kesimpulannya adalah segala sesuatu didunia ini, terjadi karena Allah menghendakinya. Ini merupakan arti dari kalimat  lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah). Sesuai dengan hadits yang merupakan wasiat Rasulullah kepada sahabat Abu Dzar Al Ghifari yang artinya, Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: "Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia".
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh imam-imam ahlul-hadits, di antaranya:
1. Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/159).
2. Imam ath-Thabrani dalam al-Mu'jamul-Kabîr (II/156, no. 1649), dan lafazh hadits ini miliknya.
3. Imam Ibnu Hibban dalam Shahîh-nya (no. 2041-al-Mawârid).
4. Imam Abu Nu'aim dalam Hilyatu- Auliyâ` (I/214, no. 521).
5. Imam al-Baihaqi dalam as-Sunanul-Kubra (X/91).
Dishahîhkan oleh Syaikh al-'Allamah al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albâni rahimahullah dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 2166). Kemudian ada hadits yang lain yang mempertegas masalah tauhid yang benar ini, yaitu berbunyi apabila kau meminta, mintalah kepada Allah. Sesungguhnya pena telah mengering, mencatat apa yang ada. Seandainya seluruh makhluk bermaksud menolongmu dengan sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah untukmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya. Dan jika (manusia) bermaksud mencelakakanmu dengan sesuatu yang tidak ditetapkan Allah bahwa sesuatu itu akan mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya." (HR.Ahmad).
Setelah kami utarakan dalil-dalil(dasar) dari Al Quran serta Hadits, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah merupakan kehendak Allah swt. Kamipun tidak mengingkari bahwa manusia mempunyai kehendak, namun kehendak manusia itu sendiri merupakan kehendak dari Allah Azza Wa Jalla.  
Sehingga apabila seorang muslim memahami pondasi tauhid ini dengan baik maka pastinya mereka akan bisa menghayati dan mengamalkan dengan baik ayat 5 dari QS. Al Fatihah yang memiliki arti "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan".
Bersandar hanya kepada Allah, tidak takut terhadap apapun kecuali kepada Allah swt. Orang yang memahami ini dengan baik akan jauh dari sifat sombong karena ia menyadari bahwa kesuksesan, keberhasilannya mencapai apapun adalah karena Allah swt menghendaki demikian. Dengan izin Allah, semoga bacaan ini mampu memberikan gambaran yang jelas tentang tauhid yang benar menurut Islam sehingga kedepannya mampu membangun karakter –karakter yang tidak menyekutukan Allah dengan siapapun dan apapun. Dan juga dengan izin Allah, penulis berharap, tulisan ini mampu menyadarkan setiap manusia yang sedang ditaqdirkan oleh Allah memiliki kedudukan, jabatan, serta pengaruh yang besar di negeri ini, untuk mencegah dan melarang orang-orang lain mengagung-agungkan dirinya secara berlebihan, tidak menyombongkan diri di depan manusia lainnya dengan mengatakan bahwa dialah yang menentukan nasib/jabatan mereka. Apabila ada orang yang memiliki jabatan melakukan hal ini, maka sesungguhnya ia telah menjadikan dirinya sebagai tandingan dari Allah azza wa jalla atau dengan kata lain ia telah melantik dirinya sendiri menjadi Firaun baru didunia modern ini. Naudzubillah..
Di tulis oleh Abu Muhammad bin Abdul Malik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar