Minggu, 18 Desember 2011

Lorong Sakaratul Maut

Lorong Kematian yang konon gelap gulita ternyata tak segelap itu. Ia bercahaya lembut dan redup dalam pendaran indah yang mengiringi proses tidur panjang kita ….. Sampai suatu saat kita terbangun untuk bertemu Kekasih tercinta di dalam alam keabadian yang semuanya terserah hanya kepada-Nya…..

Demikian ungkapan pembuka Agus Mustofa di Buku Serial Ke-31 Diskusi Tasawuf Modernnya.

Selanjutnya di Kata Pengantar,ada dikutip ungkapan dr.Herdy SpAn, : "Kalau kematian itu diibaratkan orang tidur, ada orang yang tertidur dengan gelisah dan ada orang yang tertidur dengan tenang dan nyaman".

Ahli anastesi yang sering menangani dan menyaksikan orang yang hilang kesadaran saat dibius menjelang operasi, menyatakan pula, hilangnya kesadaran itu juga beragam prosesnya. Ada yang tegang, ngomel-ngomel dan ketakutan, atau sebaliknya tenang dan pasrah. Begitu pula sebaliknya saat siuman.

"Rupanya alam bawah sadar sangat berpengaruh, sehingga sampai muncul di alam sadarnya", tuturnya.

Proses hilangnya kesadaran ini pula yang terjadi pada orang yang sedang mengalami sakaratul maut. Meskipun dengan penyebab yang berbeda, tetapi ada kemiripan, sehingga bisa diangkat sebagai studi kasus dalam memahami proses kematian.

Saat kehilangan kesadaran itulah, seseorang yang sedang mengalaminya seperti memasuki sebuah lorong gelap yang berujung cahaya. Apakah yang terjadi secara medis maupun secara spiritual? Melalui Buku LSM ini para pembacanya diajak untuk mendiskusikannya. Untuk apa? Untuk menyiapkan diri dan mental kita dalam menyongsong datangnya kematian sebagai sebuah keniscayaan sebagaimana sebuah kelahiran . Semakin banyak kita tahu tentang kematian, Insya Allah akan semakin siap kita menghadapinya.

Sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah agar kita sering melakukan ziarah kubur atau takziah kematian. Dengan diskusi atau membaca Buku LSM ini, diharapkan menjadi orang bijaksana dalam menjalani hidup dan melewati sakaratul maut.

Setiap Diri Bakal Melewati Sakaratul Maut.

Buku tentang sakaratul maut ini , tidak dimaksudkan untuk menakut-nakuti siapapun sehingga malah ngeri terhadap datangnya kematian.Melainkan ingin menjelaskan segala yang terkait dengan proses kematian itu secara medis maupun spiritual agar kita lebih siap menghadapinya.

Kematian pasti menjemput kita dengan beragam cara dan mengalami "mabuk kematian" alias sakaratul maut.

Apakah Itu Kematian

Banyak definisi yang belum disepakati.Ada yang menyebut sebagai terpisahnya nyawa dengan badan. Didalam buku ini dianut pengertian bahwa nyawa adalah perpaduan antara jiwa dan ruh. Di satu sisi, Allah mengatakan kita tidak diberi ilmu tentang ruh kecuali sedikit, disisi lain kita didorong untuk mempelajari jiwa.

Hilangnya Hembusan Nafas dan Berhentinya Denyut Nadi & Jantung tidak mutlak sebagai indikasi kematian.

Di dalam buku ini dirinci pemahaman bahwa nyawa sama sekali berbeda dengan nafas maupun denyut nadi. Jadi, nafas bukanlah jiwa.Perlu kehati-hatian saat pendeteksian berhentinya nafas maupun denyut jantung ternyata tidak selalu seiring dengan lepasnya nyawa dari tubuh seseorang. Karena, nafas dan denyut jantung sekedar indicator kehidupan.

Sensasi Sakaratul Maut

Secara medis,sejumlah tanda kematian lazim terlihat beberapa minggu sebelumnya.

1.-Merasa gelisah.Tidurnya sering terganggu; 2.-Menarik diri dari pergaulan;3.-Sering mengantuk;
4.-Kehilangan nafsu makan;5.-Nafas tersengal;

6.-Luka sulit sembuh;

7.-Terjadi pembengkakan;

8.-Sakaratul maut. Ketika tubuh dan sel-sel otak semakin kekurangan oksigen akibat melemahnya fungsi paru-paru dan jantung.

Sejumlah organ yang tadinya bisa dikontrol secara sadar menjadi tak terkontrol lagi.

Lorong Kematian – Lorong Ruang & Waktu

Orang yang kembali dari mati surinya,menyebutkan adanya lorong gelap yang berujung cahaya. Itulah yang disebut sebagai lorong sakaratul maut. Secara medis, otak mengalami kekurangan oksigen secara cepat dan kemudian menjadi black out, serta terputus dari dunia luar yang terhubung lewat panca indera.

Namun, secara cepat pula, padamnya otak justru mengaktifkan mekanisme saraf otonom yang bekerja di luar system panca indera.Menyebabkan bisa melihat sekaligus mendengar dan merasakan dengan sensor indera keenamnya.

Nah, dari padam otak menuju aktifnya mekanisme sensor otonom itu menghasilkan sensasi memasuki lorong gelap yang berujung cahaya, kemudian memasuki kawasan bercahaya, dalam orde menit saja.

Lorong sakaratul maut menjadi semacam "jembatan penghubung" antara kesadaran duniawi menuju kesadaran ukhrawi yang lebih tinggi. Badannya bukan lagi badan materi, melainkan badan energi. Ruang dan waktu menjadi berbeda dengan alam dunia. Waktu menjadi lebih singkat, jarak menjadi lebih pendek.

Menyongsong Sakaratul Maut, Berpindah Ke Dimensi Lebih Tinggi.

Kematian bukan akhir dari segalanya,melainkan kelahiran kembali.

Kelahiran dan kematian adalah sebuah keniscayaan yang akan dilalui oleh setiap manusia. Keduanya menjadi pintu bagi berpindahnya medan kehidupan menuju alam yang lebih tinggi. Keduanya memerlukan energi ekstra besar untuk melewatinya. Ketika melahirkan seorang ibu harus bertaruh nyawa demi kelahiran bayinya ke dunia yang lebih luas.Kematian kurang lebih memiliki kondisi yang sama. Membutuhkan perjuangan besar menguras tenaga. Bedanya, pada kelahiran, yang berjuang meregang nyawa adalah sang ibu. Sedangkan pada kematian, adalah kita sendiri. Sakitnya tentu sama luar biasanya. Jiwa dan ruh bakal melewati lorong sakaratul maut, sebagimana bayi melewati gua garba ibunya. Dari kegelapan alam rahim menuju ke alam dunia yang terang benderang. Proses kelahiran dan sakaratul maut, dua-duanya akan menemui "dunia" yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini dihuninya. Bedanya, kalau di dalam rahim yang bertanggung jawab terhadap proses itu adalah orang tua kita, maka di alam dunia ini yang bertanggungjawab terhadap proses itu adalah diri kita sendiri. Jika saat hamil, seoarang ibu tidak menjaga kualitas kehamilannya, maka hampir bisa dipastikan bayi yang lahir akan berkualitas jelek.Nakh, kita yang selama hidup didunia ini, agar tidak ketelanjuran, maka kita sudah harus menyiapkannya dengan baik sejak sekarang. Marilah kita benahi diri dan kualitas jiwa kita sesegera mungkin.

Melawan Sakit Dengan Berserah Diri

Sebagaimana seorang ibu menahan rasa sakitnya saat melahirkan, demikian pula saat kita melewati sakaratul maut. Kuncinya: Kesiapana mental; Pengetahuan; Keikhlasan ; Harapan;Kecintaan; dan Kepasrahan..

Harus menghilangkan rasa cemas, takut dan kebencian. Untuk itu perlu banyak latihan dan kesiapan,antara lain : 1.- Memahami hakikat kehidupan dan kematian; 2.- Berlatih mengurangi rasa kepemilikan; 3.-Berlatih merasakan lapisan kesadaran yang ada dalam diri kita; 4.- Berlatih ikhlas, pasrah kepada Sang Pemilik kehidupan atas apa pun yang terjadi.

Pintu Kematian adalah Cinta & Kebahagiaan.

Bagi orang yang hidupnya didominasi rasa cinta, dia akan menikmati mimpi nyata yang indah diseputar sakaratul mautnya,diliputi rasa cinta dan bahagia penuh kedamaian.Keluarnya nyawa dari badan begitu ringan, melayang serasa dalam buaian. Sama sekali tidak ada rasa sakit dan penderitaan. Itulah yang digambarkan Allah sebagai orang yang memasuki "Lorong Sakaratul Mautnya" dalam keadaan puas hati. Rela dan ikhlas. Penuh harap kepada Allah semata………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar