Selasa, 22 November 2011

Kebangkitan Islam Indonesia Abad 21, Jalan Masih Panjang

laput
Oleh Indah Wulandari

Perlu perbaikan sistem pendidikan untuk melahirkan teknokrat dan ilmuwan tangguh.


Era kebangkitan peradaban Islam pernah diprediksi muncul pada abad ke-20. Bahkan, banyak kalangan berharap kebangkitan Islam itu lahir dari Indonesia. Ulama terkemuka Syeikh Yusuf Qaradhawi juga mengungkapkan harapan itu saat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia Indonesia dinilai sangat mendukung harapan itu.

Dalam pandangan Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Bachtiar Effendi, kegemilangan peradaban Islam semestinya memang bisa kembali. "Memang, saat itu (di abad 20) beberapa individu cendekiawan Muslim dari Mesir meraih nobel, tapi setelah itu tak muncul lagi," kata Bachtiar kepada Republika, Selasa (15/11). Di Tanah Air pun, kata Bachtiar, muncul sosok BJ Habibie yang pakar di bidang teknologi kedirgantaraan. Namun ternyata, mereka belum cukup kuat untuk mengembalikan kejayaan peradaban Islam seperti berabad-abad lampau.
 
Dalam perkembangannya, di abad ke-21 ini, Bachtiar melihat munculnya beberapa sosok teknokrat serupa Habibie. Sayangnya, karena isu politik dan ekonomi, peran serta potensi mereka kurang diperhatikan oleh pemerintah. "Jalan ilmuwan Muslim di Indonesia belum terbuka di abad ini. Jalan masih panjang diretas," ujarnya.

Padahal, dia telanjur berharap kalangan ilmuwan Muslim di Indonesia kelak mampu memengaruhi perkembangan teknologi modern. Dengan begitu, bangsa Barat tak lagi menguasai sepenuhnya kemajuan teknologi di peradaban milenium ini.

Bachtiar melihat ada beberapa hambatan yang masih menggelayuti Indonesia untuk meraih impian tadi. Indikatornya, kata dia, salah satunya tampak pada peringkat perguruan tinggi Indonesia yang masih berada di kisaran angka ratusan di antara perguruan-perguruan tinggi dunia. "Ada tanda kemunduran kualitas dari program pendidikan pascasarjana dan doktoral di Indonesia," ungkap dia.

Kondisi ini, menurutnya, bakal memengaruhi kualitas lulusan. Dalam hal ini, lulusan yang dihasilkan menjadi kurang kompeten. Hal ini tentu saja akan menghambat lahirnya cendekiawan-cendekiawan yang mumpuni. Karena itu, ia berpendapat, hal penting yang lebih dulu harus dilakukan adalah memperbaiki sistem pendidikan. Dari perbaikan sistem pendidikan itu diharapkan terbentuk fondasi kuat bagi lahirnya para teknokrat dan ilmuwan tangguh.  "Secara individu, banyak cendekiawan Muslim Indonesia yang dikagumi karena berpengetahuan tinggi. Tapi, itu tak menggambarkan kondisi keseluruhan kualitas bangsa ini," tegas Bachtiar.

Dia pun berharap umat Islam di Indonesia mengubah cara pandangnya pada Alquran. Menurutnya, selama ini Alquran hanya dipandang sebatas perintah Allah yang diturunkan melalui Rasulullah SAW untuk hamba-Nya. Sejatinya, di dalam Alquran banyak isyarat-isyarat yang membuka tabir penciptaan Allah SWT pada tiap makhluk-Nya. Begitu pula kunci rahasia ilmu pengetahuan tersirat di dalamnya."Umat Islam harus melewati masa pemikiran bahwa Alquran bukanlah petunjuk hidup saja untuk menggenggam kejayaan kembali," jelas Bachtiar.

Kebangkitan spiritualitas
Sisi keilmuan harus pula dibarengi oleh kekuatan spiritualitas. "'Kebangkitan spiritualitas yang utama," ujar Ketua Ikatan Dai Indonesia, Prof KH Ahmad Satori Ismail. Menurutnya, bangsa Indonesia bisa meretas kejayaan peradaban Islam jika memiliki kekuatan akidah.

Dia menilai, sisi spiritualitas ada dalam pribadi setiap Muslim. Jika dibangkitkan, hal itu bakal mendorong munculnya semua potensi positif dalam dirinya. Bila potensi ini bangkit, ia yakin umat Islam bakal mampu membendung dampak buruk teknologi modern, seperti televisi dan internet.

Problema umat Islam di Indonesia, kata dia, sering kali tak memanfaatkan waktunya dengan akidah yang baik. Akibatnya, sebagian besar umat masih sering melanggar aturan dan norma, termasuk membahas hal-hal yang tidak penting dalam kesehariannya. Tak ayal, tingkat produktivitas dan performa kinerja umat menurun. Prestasi pun sulit diraih. "Perbuatan setan membuat umat tak semangat belajar. Maka, mantapkan akidah, tingkatkan stabilitas hidup, dan fokus pada rancangan hidup." n ed: wachidah handasah

1 komentar:

  1. Kita menghendaki kebangkitan yang diridhai Allah dan Rasul-Nya. Kebangkitan yang dibenci oleh orang-orang kafir, fasik, munafik, dan para thaghut. Kebangkitan yang membuang representasi kekufuran, kezaliman, kefasikan dan kejahatan untuk menjadikan kita sebagai sebaik-baik umat manusia, kokoh dengan pertolongan Allah dan mendapat penguatan dan bantuan-Nya.

    BalasHapus