Selasa, 22 November 2011

Takdir bisa di rubah atau tidak?

----- Tanya -----
Assalamu'alaikum wr. wb.

Saya mau tanya, tolong diberi penjelasan bagi yang mengetahuinya. Mengenai takdir, apakah ada yang disebut takdir mutlak/tidak bisa diubah dan takdir yang tidak mutlak/bisa diubah??? Ataukah kita mempunyai banyak takdir, yang kita berusaha untuk memilih satu diantaranya? Untuk jodoh(seperti artikel yg lalu) dan kematian mungkin ini sebagai takdir yang mutlak (menurut saya, saya juga belum mengerti betul). Seperti kematian, waktu kematian itu sendiri tidak akan maju atau mundur sedetikpun. Ikut dalam perang jihad pun tidak akan memajukan kematian, dan berdiam diri di rumah pun tidak akan mengundurkan kematian. Terus, bagaimana dengan takdir kita, mengenai kesuksesan, karir, dll di dunia ini. Ada kisah Abu Bakar yang tidak jadi melakukan penaklukan suatu daerah yang diserang penyakit menular karena menghindari tertularnya penyakit. Namun banyak sahabat lainnya yang tetap bersikeras untuk terus melaksanakan penaklukan tsb, karena menurut mereka kita tertular atau tidak, itu sudah takdir kita. Dan Abu Bakar pun tetap pada pendiriannya (agar tidak tertular) untuk kembali/tidak jadi menyerbu seraya berucap, "Bukannya aku takut akan takdirku, tapi aku berusaha untuk memilih takdirku yang lebih baik". Dan Alloh pun juga telah berfirman, bahwa Dia tidak akan merubah nasib suatu kaum selama kaum tsb tidak berusaha merubahnya sendiri. Tolong bagi yang mengetahuinya, saya diberi penjelasan mengenai apa dan bagaimana takdir itu? Wassalamu'alaikum wr. wb


. ----------- Jawab -----------

Saudara Eppy yang baik, Menanggapi pertanyaan saudari tentang masalah Takdir, ada beberapa hal yang perlu di dicermati di sini. Terutama tentang Makna takdir, sikap seorang hamba terhadap takdir itu dan bagaimana melakukan upaya menghadapi takdir itu sendiri. Takdir berarti suatu hal yang telah ditetapkan oleh Alloh semenjak jaman azali atau zaman sebelum diciptakan sesuatu di "Lauhul Mah fudz " yang berkenaan dengan nasib dan perjalanan hidup seseorang. Dalam kaitannya dengan takdir mutlak adalah seperti jodoh , mati dan rezki seseorang yang telah ditentukan Allah Yang Maha Kuasa. Ada beberapa pendapat tentang bagaimana seorang manusia menyikapi takdir tersebut yang sesuai dengan aturan agama. Dalam hal ini ada tiga pendapat ulama.

Pertama, mereka yang mengatakan bahwa takdir adalah keputusan Allah dimana baik dan buruk nasib sesorang ditentukan sepenuhnya oleh Allah tanpa manusia bisa berupaya dan mengganti keadaan tersebut. Di sini manusia dituntut untuk pasrah terhadap ketentuan yang telah diberikan, golongan ini disebut golongan Jabariah.

Kedua, mereka yang mengatakan bahwa nasib dan takdir seseorang ditentukan oleh seberapa besar usaha orang tersebut tanpa ada intervensi dan keikutsertaan Allah terhadap perjalanan hidup seorang hamba, dan lebih lanjut menyatakan bahwa di situ terhampar lahan luas dimana manusia bebas dan berkuasa penuh terhadap nasib yang akan dilalui nanti. Golongan ini disebut Qodariah.

Dan golongan terakhir adalah mereka yang mengatakan bahwa Allah telah menetapkan nasib dan takdir seseorang namun manusia tetap dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin untuk merubah keadaan dan kondisiya, dan perubahan itu bisa di upayakan atas kuasa Ilahi dan ridlo darinya meski nasib dan suratan takdir telah tertulis. Golongan ini adalah ulama dari Ahli Sunnah waljamaah .

Dari sini kita bisa mengambil konklusi bahwa manusia tetap dituntut untuk berupaya seoptimal mungkin untuk mencapai kehidupan yang baik di dunia maupaun di akhirat dengan seimbang tanpa melupakan sisi pasrah dan tawakal manusia terhadap Penciptanya. Pasrah bukan berarti siakap fatalis yang hanya menunggu perubahan dari Allah atau bertinak sesuatu yang irasional ...... seperti tidak mempunyai senjata tetapi melawan musuh, meninggalkan mobil tanpa menguncinya karena yakin dengan takdir Allah apakah mobil itu hilang atu tidak. Dan rezeki maupun karier pun tidak akan berkembang jika kita hanya berpangku tangan. Berarti disitu ada sisi upaya manusia dan intervensi Tuhan untuk menetapkan sesuatu terjadi atau tidak, semua sangat tergantung dari optimalisasi usaha manusia dan keridloan Ilahi.

Dalam Qur'an Allah berfirman "Sesungguhnya Alloh tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri ( QS 13;11 )

dan Allah mengisyaratkan manusia untuk terus bekerja dan berbuat untuk tujuan jauh ke masa mendatang yaitu bertindak untuk tujuan akherat tanpa melupakan sisi manusiawi seorang hamba untuk bekerja dan beraktifitas demi kehidupan nya di dunia dalam hal ini Allah berfirman "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kamu kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu............(QS 28;77 ).

Lebih lanjut dalam suatu kesempatan sahabat Umar r.a pernah mengisyaratkan " Berbuatlah dan bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah dan beribadahlah untuk akheratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari ". Demikianlah suatu takdir akan berubah sesuai dengan usaha dan upaya manusia meski Allah telah mentapkan suatu ketetapan dari awal namun isyarat Ilahi menuntut suatu usaha optimal agar nasib dan keadaan yang lebih baik atau yang kita inginkan tercapai. Setelah usaha yang maksimal disertai dengan doa dan sikap pasrah pada Allah kita serahkan nasib dan takdir ........... inilah yang dinamakan sikap pasrah dan tawakal pada apapun yang kita inginkan . Wallahu a'lam bissowab Wassalam, Kuni Khoirun Nisa'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar