Selasa, 22 November 2011

Perang Besar Baru di Timur Tengah, Iran vs Israel, Segera Digelar. Hati2 Indonesia!



Israel Bersiap Serang Iran

TEMPO Interaktif, Presiden Israel Shimon Peres mengungkapkan rencana Israel dan negara sekutunya untuk menyerang Iran. Rencana itu disampaikan Peres kepada saluran televisi swasta di negara itu. "Kami harus bekerja sama dengan negara-negara untuk menjamin kalau mereka (Iran,red) memelihara komitmen mereka. Ini harus dilakukan karena ada daftar panjang opsi-opsi," kata Peres, Sabtu, 5 November 2011.

Sebelumnya, media Israel melaporkan kalau badan intelijen dari berbagai negara telah mengawasi Iran dengan cermat. "Intelijen mendesak para pemimpin mereka memperingatkan bahwa Iran akan memiliki senjata nuklir," kata laporan media Israel. Kamis lalu, Israel telah menyelesaikan latihan pertahanan sipil besar-besaran di daerah Tel Aviv. Latihan itu bertujuan mensimulasi satu tanggapan serangan-serangan rudal konvensional dan non-konvensional. Termasuk telah melakukan uji coba rudal balistik.

Seperti dikutip Sidney Morning Herald, Rabu lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Ehud Barak berusaha menggalang dukungan kabinetnya untuk segera memutuskan serangan ke Iran. Keputusan resmi itu baru akan diambil Selasa atau Rabu pekan ini. Termasuk kemungkinan melancarkan rudal dan pemakaian radioaktif dalam rudal mereka.

Haretz, koran terkemuka Israel, dalam satu jajak pendapatnya menyatakan opini publik Israel terbelah soal serangan-serangan terhadap fasilitas-fasilitas nuklir. Sekitar 41 persen mendukung, 39 persen menentang, dan 20 persen tidak memberikan keputusan.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ti...365118,id.html

Berang, Iran Pun Siap Berperang
Selasa, 08 November 2011 | 03:45 WIB

TEMPO Interaktif:TEHERAN: -- Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi menegaskan, pernyataan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) bahwa Iran sedang membuat model-model komputer sebuah hulu ledak nuklir merupakan klaim-klaim palsu. "Biarkan mereka melansir laporan tersebut, dan kita lihat nanti," ujar Salehi, yang merupakan bekas pejabat senior urusan nuklir itu.

Salehi berkeyakinan, laporan yang disebut-sebut IAEA didapat dari hasil pengamatan intelijen itu seribu persen bermotif politik. "Saya yakin dokumen itu sangat lemah dari sisi keasliannya," ujar Salehi sebagaimana dilansir kantor berita semi resmi Iran, Mehr. "IAEA berada di bawah tekanan negara-negara adidaya."

Iran telah berulang kali membantah ambisi membangun persenjataan nuklir dan menegaskan bahwa nuklir digunakan negeri itu untuk pembangkit listrik dan tujuan damai lainnya. Karena itu, Salehi mengatakan negerinya siap menghadapi semua kemungkinan terburuk. "Lebih baik langsung menghadapi bahaya daripada selalu dalam bahaya," ucapnya.

IAEA kemarin menyatakan bakal segera merilis laporan intelijen seputar aktivitas nuklir Iran dalam pekan ini. Mengutip sejumlah sumber diplomat, koran Inggris, The Telegraph, menyebut Ketua IAEA Yukiya Amano memaparkan dokumen setebal 12 halaman dan laporan tahunan terbaru tentang aktivitas program nuklir Iran yang mengarah pada pengayaan uranium.

Adapun menurut bekas pejabat IAEA David Albright langkah-langkah Iran itu termasuk mendapat disain dan uji coba sebuah kapsul peledak untuk memicu ledakan nuklir. Harian The New York Times melaporkan, para pejabat yang mengetahui laporan intelijen itu mengatakan Iran memiliki sebuah fasilitas yang diyakini dipakai untuk menguji coba alat tersebut.

Karena itu, Presiden Israel Shimon Peres pada Sabtu malam lalu mengatakan kemungkinan besar Israel dan negara-negara lainnya akan menyerang Iran. "Kita harus mulai bekerja sama dengan negara-negara ini untuk menjamin bahwa mereka memelihara komitmen-komitmen mereka," kata Peres.
http://www.tempointeraktif.com/hg/ti...365381,id.html

Rusia: Israel Serang Iran Kesalahan Besar
Selasa, 08 Nopember 2011 01:07 WIB

Rusia: Israel Serang Iran Kesalahan Besar WartaNews-Moskow - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa aksi militer terhadap Iran akan menjadi "kesalahan besar dengan konsekuensi yang tak terduga." Langkah diplomasi adalah satu-satunya yang harus ditempuh terkait penyelesaikan nuklir Iran, bukan agresi militer, menurut Lavrov seperti dkutip kantor berita Prancis.

Ini bukan pertama kalinya Israel mengancam untuk menyerang Iran, kata Lavrov. Menlu Rusia juga menekankan perlunya melanjutkan pembicaraan antara Iran dan enam kekuatan dunia (G6). Badan Energi Internasional (IAEA) berencana menerbitkan laporan "yang akan memberikan bukti baru mengenai upaya Iran mengembangkan senjata nuklir.
http://www.wartanews.com/read/Intern...esalahan-Besar

------------------

Pasca Perang Teluk I dulu, dunia Barat (yang dibaliknya bercokol kepentingan utama Israel) memang berhasil memporak-porandakan peta politik dan Geo-politik di Timur Tengah, khususnya negara-negara Arab. Setelah Kuwait dan UEA dikuasai total minyaknya oleh AS dan Barat (sementara Arab Saudi semakin bergantung setelah Perang Teluk 1 dan perang Irak-Iran di tahun 1980-an lalu), revolusi dan 'kudeta atas nama demokrasi' terus dilangsungkan di wilayah itu. Setelah proyek perang di Irak berhasil, setelah itu menyusul Aljazair, Tunisia, Libya, Yaman, dan sekarang 'war project' itu sedang berlangusng di Syria. Yordania, seperti halnya Saudi Arabia, tidak masuk hitungan mereka sebab sudah 'ditaklukkan' sejak lama.

Satu-satunya negeri yang tak mau tunduk dengan Barat dan AS, adalah IRAN itu. Kepentingan Israel pun sangat kuat, sebab IRAN menurut mereka tentunya, sudah mulai membuat senjata nuklirnya sendiri, sesuatu yang paling dicemaskan negara yahudi itu. Yang menarik, kebanyakan pemimpin-pemimpin Arab di Timur Tengah itu, justru diam-diam mendukung bila Israel menghancurkan proyek PLTN dan senjata nuklir milik IRAN itu (itu setidaknya bisa dibaca dari 'bocoran Wikieleaks' tentang kawat diplomatik Kedubes AS di wilayah itu yang mengutip 'suasana kebatinan' yang berkembang di kalangan Pemimpin Arab). Kok bisa? Ini kayaknya menyangkut masalah ideologi dan agama rupanya. IRAN itu dikenal 'sarang utama' penyebaran Islam-Syi'ah di dunia saat ini. Sementara itu kebanyakan Pemimpin Arab di Timur Tengah adalah penganut Islam-Sunni. Dalam pandangan kebanyakan Pimpinan negeara Arab yang menganut paham Sunni, paham dan penyebaran Syi'ah itu justru jauh lebih berbahaya daripada ajaran Yahudi dan Nashrani. Termasuk kejahatannya. Dalam banyak kasus, pembantaian ummat Islam-Sunni di Irak pasca Irak diduduki oleh Barat (AS), justru kebanyakan mereka tewas bukan di tangan tentara AS dan Barat (baca 'tentara SALIB modern'), tetapi akibat pembataian oleh kaum Syi'ah di Irak itu.

Yang juga menarik, petualangan dunia Barat dalam menguasai Timur-Tengah kali ini, justru menghancurkan 'power balancing' antara pengikut Sunni-Syi'ah itu, yang selama ini mereka bisa hidup berdampingan dengan damai, justru dibawah 'tangan besi' pemimpin Arab model Saddam Husein dan Khadafi itu. Barat dan Israel yang selama ini menjadi dalang perpecahan dan gejolak di wilayah itu, justru agak terlambat menyadarinya. Sebuah revolusi kaum Syi'ah di Timur Tengah akibat pusatnya diserang, yaitu IRAN, oleh Barat dan Israel, otomatis akan membakar semua negara-negara di Timur Tengah yang populasi Syi'ahnya sangat kuat dan besar seperti di Irak itu. Israel dan Barat memang salah besar menghancurkan keseimbangan yang ada. Makanya kecemasan Rusia dan Prancis bisa dipahami.

Apa kaitannya dengan Indonesia? Lihat aja itu 'war project' itu, setelah negara-negara mayoritas muslim dan kaya sumber daya alam di Timur Tengah, apa tidak terfikirkan oleh kita semua, bahwa NKRI yang kaya sumber daya alam dan juga mayoritas muslim, menjadi proyek perang mereka yang terakhir? Barat akan memanfaatkan issue separatisme yang saat ini sedang terjadi atau pernah terjadi di masa lalu di Papua, Aceh, Sulut, Kaltim, Riau dan Maluku. Kalau anda perhatikan dengan cermat, itu wilayah yang suka ada 'nyanyian separatisme' sejak dulu, adalah wilayah yang kaya sumber daya alamnya dan disana banyak bercokol perusahaan MNC Barat yang menyedot kekayaan alam kita. Tak pernah daerah miskin kekayaan alam yang pernah menuntut meredeka (separatisme), seperti gerakan 'NTT Merdeka' atau 'Madura Merdek'a misalnya, bukan? Itu persis ketika CIA mendompleng gerakan PERMESTA di tahun 1950-an dulu. Mereka juga sepertinya akan meng-aneksasi Pakistan, setelah Afghanistan mampu mereka kalahkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar